Minggu, 17 Januari 2010

Penyakit Osteoporosis


Pernahkah Anda melihat wanita tua bertubuh bongkok? Wanita tua itu pasti menderita penyakit osteoporosis yang menyebabkan tulang punggungnya melengkung. Osteoporosis tidak menampakkan tanda-tanda fisik yang nyata hingga terjadi keropos atau keretakan pada usia senja.

Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

Berikut ini fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat membukakan mata dan meningkatkan kesadaran akan ancaman penyakit osteoporosis.


Studi di dunia:

1. Satu diantara tiga wanita di atas usia 50 tahun dan satu diantara lima pria di atas 50 tahun menderita osteoporosis.
2. Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, Amerika sebanyak 75 juta penduduk, sedangkan China 84 juta penduduk.
3. Ada 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia.
Risiko kematian akibat patah tulang pinggul sama dengan kanker payudara. (Studi Cummings et al, 1989)


Studi di Indonesia:

1. Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.
2. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
3. Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
4. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (DEPKES, 2006)
5. Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan perokok di negeri ini urutan ke-2 dunia setelah China.

Sumber :
http://www.medicastore.com/osteoporosis/
17 Januari 2010

Sumber Gambar:
http://chrischamcl.files.wordpress.com/2009/10/osteoporosis.jpg

Menabung Kalsium Dalam Tulang Untuk Cegah Osteoporosis

Pola makan, gaya hidup dan olah raga teratur, dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Penyakit ini selain dipengaruhi faktor gen juga dipengaruhi berbagai permasalahan yang dihadapi kaum wanita, seperti pengaruh hormonal yang adavdi dalam tubuh manusia. Untuk menghindari terjadinya osteoporosis kaum wanita harus senantiasa mempehatikan pola makan sehat, dan rajin berolah raga sehingga terhindar dari penyakit degeratif, terutama osteoporosis yang banyak menyerang masyarakat, khususnya kaum wanita.

Hal itu dikemukakan Dr Mulyono Sudirman, SpB,SpBO,MBA Dalam Seminar Deteksi Dini Osteoporosis yang diselenggarakan Klinik Nusantara Medical Center beberapa waktu lalu. Masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai, yaitu mencapai 19,7 persen, dan berada di urutan ke enam terbesar setelah China. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 14 provinsi, ditemukan lima provinsi dengan risiko osteoporosis tertinggi, yaitu Sumatera Selatan, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur. Sedangkan risiko terendah berada di Kalimantan Timur.

MenurutMulyono, secara nasional Indonesia mengalami masalah kesehatan baru, yaitu permasalahan triple burden problem berupa berjangkitnya kembali penyakit lama (old problem) yang belum terpecahkan seperti meningkatnya kembali penyakit infeksi dan kurang gizi, penyakit lama yang muncul kembali (re-merging problem) seperti malaria, TBC dan diare serta timbulnya masalah baru (emerging problem) karena meningkatnya usia harapan hidup.

Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degenaratif dimana 1 dari 3 wanita memiliki kecenderungan untuk menderita osteoporosis, sedangkan pada pria insidennya lebih kecil yaitu 1 dari 7 pria. Biasanya penyakit keropos tulang ini menjangkiti sebagian besar wanita pasca menopause. Namun berdasarkan penelitian, wanita usia muda, yaitu 25 tahun meningkat risiko osteoporosisnya, sebagai akibat berubahnya gaya hidup masyarakat yang kurang mementingkan aktivitas fisik.

Dibandingkan dengan masyarakat di negara Afrika, densitas tulang masyarakat Eropa dan Asia lebih rendah, sehingga mudah sekali mengalami osteoporosis.

“Yang lebih menyedihkan lagi, komponen untuk menekan kejadian osteoporosis di Indonesia semuanya tersedia di Indonesia dengan mudah dan murah, seperti memperbanyak mengkonsumsi ikan teri, tahu dan tempe, tanpa harus seperti orang eropa yang banyak mengkonsumsi keju dan susu,”Tukas Sularto. Berdasarkan penelitian pakar Gizi, asalkan masyarakat Indonesia menerapkan dengan sungguh-sungguh pola makan Gizi seimbang atau empat sehat lima sempurna, ditambah dengan aktivitas fisik seperti olah raga.

Penyebab Osteoporosis

Penyebab Osteoporosis adalah adanya gangguan pada metebolisme tulang. Pada keadaan normal, sel-sel tulang, yaitu sel pembangun (Osteoblas) dan sel pembongkar (Osteoklas) bekerja silih berganti, saling mengisi, seimbang, sehingga tulang terjadi utuh. Apabila kerja osteoklas melebihi kerja osteoblas, maka kepadatan tulang menjadi kurang dan akhirnya keropos.

Metabolisme tulang dapat terganggu oleh berbagai kondisi, yaitu berkurangnya hormon estrogen , berkurangnya asupan kalsium dan vitamin D, berkurangnya stimulasi mekanik (inaktif) pada tulang, efek samping beberapa jenis obat, minum alkohol, merokok dan sebagainya.

Osteoporosis terjadi secara diam-diam, tak bergejala dan baru disadari apabila kedapatan tinggi badan berkurang, postur tubuh bungkuk, atau tiba-tiba nyeri tulang, Nyeri tulang oleh adanya patah tulang yang sangat halus dan biasanya nyeri teratasi setelah 4-6 minggu.

Umumnya wanita usia lanjut dimulai pada masa menopause, dan pria dapat juga terserang osteoporosis sesudah berusia 70 tahun. Ada beberapa kondisi yang seseorang yang dapat terancam stroke, yaitu kekurangan asupan kalsium dan vitamin D, yang tirah baring lama, apapun sebabnya dengan imobilisasi/inaktif, dengan terapi obat, dengan pola hidup tidak sehat, dan dengan berat badan kurang.

Untuk mengetahui terjadinya osteoporosis, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan seperti pengukuran kepadatan massa tulang dengan alat Desitometri, dan pemeriksaan laboratorium petanda biokimiawi osteoporosis.

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya osteoporosis baik pada orang sehat maupun penderita stroke ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu cukupi asupan kalsium, cukup asupan vitamin D melalui pajjanan sinar matahari pagi atau sore sinar matahari akan mengubah pro vitamin D yang ada di bawah kulit menjadi vitamin D, hidup aktif dengan cara malakukan aktifitas fisik dengan prinsip pembebanan terhadap tulang, dalam bentuk perbanyak jalan.

Selain itu, hindari merokok, minum alkohol, waspada jika dalam garis keturunan ada yang menderita osteoporosis, dan lakukan pemeriksaan tes dini osteoporosis pada dokter saat menopause. Khusus untuk pasien stroke, ditambah dengan aktifitas fisik sedini mungkin pasca stroke atas paduan dokter, pertahankan aktifitas berjalan teratur setiap hari, dan kemungkinan mengkonsumsi obat bisfosfonay dapat mencegah osteoporosis pada pasien stroke.

Untuk mencegah osteoporosis harus dimulai sedini mungkin untuk mencapai massa tulang semaksimal mungkin, serta penurunan seminimal mungkin. Bahkan pencegahan osteoporosis harus dimulai sejak bayi dalam kandungan, masa kanak-kanak, remaja, sampai dewasa baik pada wanita maupun pria, melalui metode menabung kalsium dalam tulang untuk cegah Osteoporosis.

Agar diperoleh tulang yang sehat, peranan seluruh masyarakat sangat diharapkan dan dalam lingkup yang kecil yaitu keluarga, peranan orang tua dalam menentukan gaya hidup anak-anaknya disamping dirinya sendiri juga sangat menentukan.

Mengingat penderita stroke sangat rawan terhadap osteoporosis, sebaiknya unit rehabilitasi medik di beberapa rumah sakit yang menangani pasien stroke memasukkan pencegahan osteoporosis menjadi bagian integral dari program rahabilitasi pada pasien stroke.

Problem Osteoporosis

Karena penderita osteoporosis pada umumnya tidak berkeluhan dan baru diketahui setelah penderita patah tulang oleh trauma yang ringan, maka masalah yang timbul adalah biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih mahal mengobati penderita dengan mengobati patah tulang daripada mencegah timbulnya patah tulang osteoporosis, terutama pada wanita pasca menopause.

Pada saat ini wanita berusia 50 tahun mempunyai risiko 40 persen menderita patah tulang karena osteoporosis dikemudian hari. Karena itu deteksi dini dan tindakan pencegahan dini penting untuk mencegah terjadinya patah tulang akibat osteoporosis. Osteoporosis dapat diobati tetatpi keadaan tulangnya tidak bisa dikembalikan ke keadaan sebelumnya.

Problema yang disebabkan dapat diobati, kehilangan lanjutan dan perlemahan lanjutan dari tulang dapat diperlambat. Karenanya pencegahan primer merupakan tujuan yang penting. B5/D1

Sumber :
http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=3031
30 Juni 2005

Diet Usia Dini Tingkatkan Risiko Osteoporosis

Penelitian terbaru mengungkapkan, remaja putri yang melakukan diet untuk mendapatkan tubuh ramping berisiko lebih tinggi terserang osteoporosis. Tim ilmuwan di Inggris menemukan hubungan antara kekuatan tulang dengan kadar lemak yang ada di tubuh.

Menurut mereka, kadar lemak memainkan peranan penting untuk membentuk tulang yang kuat, terutama pada anak remaja perempuan. Keinginan untuk memiliki tubuh ramping hanya akan membahayakan tulang mereka dalam jangka panjang.

Sekelompok ilmuwan dari Bristol University melakukan penelitian dengan melibatkan 4.000 remaja perempuan berusia 15 tahun. Mereka melakukan teknik scan tulang pada para partisipan, dengan menghitung bentuk dan kepadatan tulang lalu dihubungkan dengan berapa banyak lemak tubuh yang dimilikinya.


Hasil scan mengungkapkan, partisipan dengan kadar lemak tinggi cenderung memiliki bentuk tulang yang lebar dan tebal. Diketahui pula, setiap ada peningkatan kadar lemak sebesar 5 kg dikaitkan dengan 8% peningkatan ketebalan tulang kaki bagian bawah. Dengan kata lain, hasil ini mengungkapkan bahwa kadar lemak dalam tubuh memainkan peranan penting dalam perkembangan tulang perempuan.

Dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan cenderung memiliki kadar lemak lebih tinggi, meskipun mereka memiliki berat badan normal. Membangun tulang kuat di usia belia sangat penting bagi perempuan, karena hasil penelitian menunjukan bahwa perempuan tiga kali lebih berisiko mengalami osteoporosis dan menderita patah tulang dibandingkan dengan laki-laki. Dengan tidak memaksakan diri memiliki tubuh langsing dan melakukan diet, maka tulang akan mengalami kepadatan dan risiko mengalami osteoporosis pun berkurang.

" Ada sangat banyak desakan pada anak remaja untuk menjadi langsing, tapi mereka juga harus sadar bahwa ini dapat membahayakan perkembangan tulang dan membuat mereka lebih risiko mengalami osteoporosis,” kata Professor Jon Tobias, pemimpin penelitian.

Sumber :
http://www.conectique.com/get_updated/article.php?article_id=8300

Teka-Teki Patogenesitas Osteoporosis Telah Dipecahkan!

Osteoporosis, atau pengeroposan tulang, adalah penyakit yang populer di kalangan manula, khususnya wanita. Meskipun demikian, selama ini tidak diketahui dengan jelas bagaimana proses ini terjadi di dalam tubuh. Para ilmuwan Max Delbrück Center (MDC) untuk Pengobatan Molekuler di Berlin-Buch, Jerman, akhirnya berhasil memecahkan mekanisme regulasi yang menjaga kestabilan antara pembentukan dan penguraian tulang. Dr. Jeske J. Smink, Dr. Valérie Bégay, dan Professor Achim Leutz menemukan adanya dua materi genetik-isoform pendek dan isoform panjang-yang mengendalikan kedua proses tersebut. Para ilmuwan MDC berharap penemuan ini dapat membuka alternatif baru bagi terapi penyakit-penyakit tulang.

Pasien osteoporosis mengalami penguraian sel-sel tulang secara berlebihan. Tulang mereka akan kehilangan densitasnya sehingga strukturnya menjadi rapuh dan mudah patah, bahkan akibat kecelakaan ringan sekalipun. Harmonisasi kerja antara dua sel, yaitu sel osteoblas (pembentuk sel tulang) dan osteoklas (pengurai sel tulang), menentukan kepadatan jaringan tulang secara keseluruhan. Keseimbangan kerja dua sel tersebut dikendalikan secara ketat oleh sistem regulasi genetik untuk mencegah ketimpangan antarproses yang satu dengan yang lain. Dr. Smink, Dr. Bégay, and Professor Leutz merumuskan sistem rumit tersebut dengan bantuan aktivator C/EBP beta. Protein ini memiliki beberapa bentuk yang masing-masing dibedakan oleh ukuran dan jumlah komponen-komponen dasarnya. Isoform berukuran panjang dinamai LAP, sedangkan isoform berukuran pendek dinamai LIP.

LAP mengaktivasi represor MafB yang berfungsi untuk mencegah pembentukan osteoklas. Sebaliknya, LIP menekan aktivitas MafB sehingga terjadi proliferasi osteoklas. Hasilnya, aktivitas osteoklas dalam menguraikan sel tulang akan lebih tinggi dibandingkan pembentukan sel tulang baru oleh osteoblas. Ketidakseimbangan inilah yang menyebabkan terjadinya osteoporosis.

Aktivitas molekul sinyal, mTOR (mammalian Target of Rapamycin atau target mamalia dari rapamisin), menentukan isoform mana yang akan dibentuk. Ripamisin menginhibisi mTOR dan, secara tidak langsung, menahan pembentukan osteoklas. Sayangnya, rapamisin memiliki efek samping terhadap sistem imunitas. Profesor Leutz masih berharap suatu saat akan ditemukan obat pengganti rapamisin yang dapat mengendalikan mTOR dengan efek samping yang tidak membahayakan sehingga abnormalitas osteoklas dapat diatasi secara efektif.

Sumber :
Rahmi Yusuf
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/teka-teki-patogenesitas-osteoporosis-telah-dipecahkan/
22 Mei 2009

Cegah Osteoporosis dengan Gaya Hidup Sehat - Tulang Kuat, Tabungan ‘Sehat’ Masa Tua

Tulang merupakan suatu jaringan hidup yang juga memiliki respon terhadap asupan nutrisi atau pun gerakan tubuh. Sehingga, pengaruh dari perilaku hidup pun dapat mempengaruhi kesehatan tulang kita. Osteoporosis atau tulang rapuh menjadi salah satu kelainan tulang yang sering terdengar. Akibat perilaku hidup tersebut, Osteoporosis yang identik dengan penyakit orang tua ini juga dapat menyerang anak muda.

Pembentukan tulang dimulai sejak seseorang masih dalam kandungan, sehingga pada masa hamil, seorang ibu harus memperbanyak konsumsi susu agar kandungan kalsium di tubuh ibu dan tubuh bayi bisa meningkat. Ketika mulai beranjak remaja, pola makan yang memenuhi standar minimal asupan kalsium dan olahraga yang rutin akan membuat pertumbuhan pembentukan tulang mencapai titik yang maksimal.

Pertumbuhan tulang akan mencapai puncaknya pada umur 30 tahun, selepas umur itu maka pertumbuhan tulang bukannya naik lagi namun menurun. Maka dari itu mengapa perlu adanya pencegahan melalui olahraga dan asupan nutrisi yang tepat, sehingga kelainan pada tulang seperti Osteoporosis ini dapat dihindari.


Apa itu Osteoporosis?

Menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan mineral dalam tulang dan kemudian disertai dengan rusaknya arsitektur tulang akan mengakibatkan penurunan kekuatan tulang yang dalam hal ini adalah pengeroposan tulang (Osteoporosis), sehingga mengandung risiko mudah terjadi patah tulang.

Osteoporosis menjadi masalah, hal ini dikarenakan Osteoporosis kerap kali timbul tanpa ada gejala fisik yang jelas. ”Penderita umumnya tahu setelah dia mengalami patah tulang, dan ketika diperiksa baru diketahui bahwa patah tulang tersebut akibat Osteoporosis,” ujar dr. Meisy Andriana, Sp. RM usai mengisi Seminar Awam Nikmati Masa Tua yang Bahagia Dengan Tulang Yang Sehat. Maka dari itu beberapa orang mengatakan Osteoporosis sebagai ”silent disease”.

Kekuatan tulang dipengaruhi oleh dua hal, yakni kepadatan tulang dan kualitas tulang. Kedua faktor tersebut sangat erat kaitannya dengan keadaan hormonal dalam tubuh dan juga terkait dengan perilaku sehari-hari menyangkut asupan nutrisi dan tempaan pada tubuh yang dapat memperkuat keadaan tulang.

Tiga tempat yang rawan akan Osteoporosis, diantaranya adalah tulang belakang, panggul dan pergelangan tangan.


Tipe Osteoporosis

Dibagi berdasarkan faktor risiko dan penyebab rapuhnya tulang, maka terdapat dua macam Osteoporosis, diantaranya:

Osteoporosis Primer, akibat kekurangan estrogen, yakni umumnya pada wanita yang telah mengalami menopause, dan akibat kekurangan testoteron, yakni andropause pada pria yang berarti berkurangnya produksi hormon testoteron, umumnya terjadi pada pria berumur 40 tahun ke atas.

Osteoporosis senilis juga termasuk pada jenis Osteoporosis Primer. Kerapuhan tulang satu ini akibat usia. Pada pria maupun wanita diatas umur 70 tahun dengan perbandingan antara wanita dan pria, yakni 2:1.
Osteoporosis Sekunder,

Osteoporosis jenis ini dipengaruhi seperti adanya penyakit yang mendasari, akibat obat-obatan dan lain sebagainya.

Osteoporosis jenis lain adalah Idiopathic osteoporosis yang terjadi pada anak.


Faktor Risiko Tidak Dapat Diubah

Terdapat beberapa faktor risiko pada manusia yang tidak dapat diubah sebagai salah satu risiko peningkatan terjadinya Osteoporosis, diantaranya:

Usia Lanjut, karena secara alami kepadatan tulang pada manusia, seperti yang telah dijelaskan di atas akan mulai menurun dengan sendirinya di umur 30 tahun keatas.

Jenis kelamin, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami Osteoporosis, hal ini diakibatkan wanita mengalami menopause yang berarti berhentinya produksi hormon estrogen. Sedangkan pada pria, Osteoporosis terjadi cenderung lebih lambat, karena pria tidak mengalami perhentian produksi hormone testoteron, tetapi penurunan hormon testoteron di umur 40 tahun keatas.


Perbandingan kasus Osteoporosis pada tulang pergelangan tangan antara wanita dan pria adalah 4:1, sedangkan untuk kasus Osteoporosis pada tulang belakang adalah 3:1, dan untuk tulang panggul memiliki perbandingan 2:1. Sedangkan untuk kasus Osteoporosis secara keseluruhan di Indonesia pada wanita umur 50-59 tahun adalah 24%, sedangkan untuk wanita umur 60-70 tahun meningkat menjadi 62%.
Riwayat keluarga yang mengalami patah tulang akibat Osteoporosis, seseorang yang memiliki sanak famili pernah mengalami kerapuhan atau bahkan patah tulang akibat Osteoporosis akan cenderung memiliki potensi untuk mengalami Osteoporosis. Hal ini juga dijelaskan oleh dr. Meisy Andriana, Sp. RM saat membawakan seminar awam seputar Osteoporosis.


Faktor Risiko Dapat Diubah

Membatasi atau menghentikan konsumsi makanan atau minuman yang dapat memicu risiko pengkeroposan tulang, beberapa diantaranya adalah: alkohol, soft drink, dan minuman yang mengandung kafein.

Merokok, beberapa akibat yang ditimbulkan rokok terkait kesehatan tulang adalah:
dapat menghambat aktifitas pembentukan sel baru (osteoblast)

Meningkatkan pemecahan estrogen eksogenus

Berat badan di bawah normal

Menopause dini


Pencegahan Osteoporosis

Walau terdapat beberapa faktor risiko yang tidak dapat dihindari, namun setidaknya sedini mungkin kita harus menyadari betapa pentingnya memiliki tulang kuat dan sehat. Sehingga dapat menjalani hari tua dengan bahagia, diantara beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menunjang kesehatan tulang kita adalah:
Konsumsi Kalsium,

Sumber kalsium umumnya diperoleh dari makanan, beberapa nutrisi yang mengandung kalsium diantaranya adalah: susu, yoghurt, keju, brokoli, salmon, oats, kacang kedelai, tahu, tempe, dan kacang merah. Salah satu jenis sayuran yang juga dikatakan dapat membantu mencegah osteoporosis adalah semanggi, salah satu makanan khas Kota Surabaya.


Olahraga,

Untuk mencegah Osteoporosis, Anda hanya perlu meluangkan pagi atau sore Anda dengan berjalan kaki, atau pun bersepeda statis secara rutin. Atau jika ada kesempatan untuk berjalan kaki, pilihlah berjalan ketimbang menaiki kendaraan anda atau naik lift. Selain itu dianjurkan juga melakukan weight bearing, yakni low impact exercise seperti contohnya naik turun tangga, berjalan.

Melalui olahraga tulang tidak hanya dapat bertambah kuat karena peningkatan kekuatan otot, tetapi juga menjaga keseimbangan tubuh dan menghindari risiko terjatuh, meningkatkan dan memperbaiki postur tubuh.

Latihan yang berlebihan juga tidak baik bagi tubuh dan malah akan menimbulkan Osteoporosis, hal ini biasanya terjadi pada atlit olahraga, seperti lari maraton. Baiknya diimbangi dengan nutrisi yang tepat selain berolahraga.
Cukupi tubuh Anda dengan Vitamin D,

Bukan hanya bayi yang membutuhkan sinar matahari yang kaya akan vitamin D, tetapi di usia dewasa pun manusia atau tepatnya tulang kita pun tetap membutuhkan vitamin D. Karena vitamin D diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium di dalam usus, sehingga asupan kalsium dapat digunakan tubuh dengan maksimal. Maka dari itu, dianjurkan melakukan olahraga di pagi hari sebelum ada aktifitas kendaraan bermotor dan ketika matahari masih hangat-hangatnya.


Perilaku Hidup Yang Sehat dan tepat,

Meminimalisir faktor risiko yang dapat dikendalikan seperti konsumsi alkohol, soft drink, atau pun kafein dapat cukup membantu pencegahan keropos tulang.


Deteksi Dini,

Karena kepadatan tulang dan keroposnya tulang ini tidak dapat dideteksi, maka pemeriksaan dini sangat dianjurkan. Seperti yang diungkapkan oleh dr. BP. Yenniastoeti yang juga menjadi salah satu pengisi materi dalam seminar awam seputar Osteoporosis, Ia menjelaskan bahwa saat ini masyarakat masih mengenal screening dengan alat USG. ”Masih banyak kelemahan deteksi pada alat tersebut,” jelasnya.

Maka dari itu terdapat standar yang ditetapkan oleh WHO dalam pemeriksaan massa tulang, terutama bagi penderita yang mempunyai kecenderungan fraktur patah. Alat tersebut dikenal dengan nama Bone Densitometri. Keunggulan dari alat ini adalah memiliki akurasi dan presisi yang lebih baik, paparan radiasi yang rendah, dan waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan lebih singkat.

Pengkeroposan tulang tidak dapat dihindari, namun perilaku atau pun kebiasaan hidup yang salah dapat memicu pengkeroposan tulang lebih dini. Patahnya tulang akibat Osteoporosis ini memerlukan terapi dan pengobatan yang cukup lama, sehingga dapat menghambat kinerja sehari-hari, karena pada umumnya seperti yang telah diungkapkan di atas, tiga tempat paling rawan terhadap pengkeroposan adalah, tulang belakang, pergelangan tangan, dan pinggul.

Konsumsi makanan yang dapat mendukung kesehatan tulang, rutin berolahraga menjadi kunci sukses mencegah Osteoporosis dini, dan selain dapat meningkatkan metabolisme tubuh dalam bekerja, pencegahan ini dapat menjadi ’tabungan sehat’ di hari tua nanti.(fie)

Sumber :
Reporter : Dian Sofianty P
http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/cegah-osteoporosis-dengan-gaya-hidup-sehat
31 Maret 2009

Menikmati Usia Senja Tanpa Osteoporosis

Jika konsumsi kalsium Anda kurang, merokok dan sering minum alkohol, jarang berolahraga dan jarang terpapar matahari, apalagi bila tinggi badan Anda menjadi berkurang, maka waspadalah. Bisa jadi Anda terkena osteoporosis.

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Hal itu berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko terjadinya patah tulang.

Penyakit osteoporosis ini sering disebut sebagai silent disease sebab tidak menunjukkan gejala klinis. Seolah-olah seseorang yang terkena osteoporosis sifatnya mendadak dan bisa berujung pada kematian.

Karena osteoporosis ini sangat berbahaya, terutama pada mereka yang berusia senja, maka koreografer dan penari Jawa klasik, Retno Maruti—yang kini berusia 60 tahun—sangat memerhatikan asupan kalsium yang dikonsumsinya dan tetap beraktivitas rutin. "Kesehatan tulang sangat penting, terutama terkait dengan kebebasan fisik untuk bergerak," kata Retno Maruti, yang menjadi duta osteoporosis Indonesia untuk International Osteoporosis Foundation (IOF) sejak 2003.

Di Indonesia, banyak orang yang sudah berusia senja kini tidak mampu bergerak bahkan beraktivitas banyak. Malah ada yang sudah bungkuk, membawa tongkat atau hanya bisa duduk di kursi roda lantaran didera osteoporosis. Alhasil, karena osteoporosis, fisik mereka terbelenggu.

Kenyataan inilah yang menggugah kesadaran Retno Maruti untuk menjaga pola makan dan gaya hidupnya. Ia berupaya mengonsumsi makanan sehat, termasuk susu sesuai kebutuhannya, serta tetap mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan terus berlatih menari.

"Kalau kecapaian, salah bergerak, sehingga membuat otot sakit, itu pernah saya alami. Tetapi saya tidak memforsir diri dan selalu melakukan pemanasan atau mempersiapkan otot sebelum menari," katanya.

Retno Maruti sadar betul betapa berbahayanya osteoporosis dan pentingnya hidup sehat untuk melawan osteoporosis. Karena itu, tambahnya, "Kita semua perlu mengonsumsi susu, makanan sehat, dan olahraga yang teratur. Yang terpenting adalah mengatur keseimbangan hidup."

Didahului osteoponia

Sebelum terjadi osteoporosis, penderita terlebih dahulu mengalami osteoponia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat berbagai keadaan.

Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan PT Fonterra Brands Indonesia (2005) ditemukan bahwa prevalensi osteoponia mencapai 41,8 persen dan 10,3 persen menderita osteoporosis. Artinya, dua dari lima penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis.

Penelitian tersebut dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Penelitian itu melibatkan sampel hingga 65.727 orang (22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan).

Cara pengumpulan data adalah dengan pemeriksaan densitas massa tulang, parameter untuk mengukur kepadatan tulang, dan dilakukan dengan menggunakan alat "Sahara Clinical Bone Sonometer".

Dari penelitian itu didapat data bahwa prevalensi osteoporosis pada umur kurang dari 55 tahun lebih tinggi pada laki-laki, tetapi setelah umur di atas 55 tahun ternyata prevalensi osteoporosis lebih tinggi pada perempuan. Bahkan pada usianya prevalensi pada perempuan dua kali lebih besar daripada laki-laki.

Hal ini kemungkinan disebabkan gaya hidup yang menghambat penyerapan kalsium, misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol. Sementara itu, kenaikan pada perempuan di atas 55 tahun kemungkinan besar disebabkan hormon estrogen yang sudah menurun saat menopause.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan I Nyoman Kandun, ada faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yakni usia (populasi kenaikan usia lanjut Indonesia 9,77-11,34 persen per tahun, tahun 2005 mencapai 18,4 juta jiwa), jender, genetik, dan ras. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah immobilitas, postur tubuh kurus, kebiasaan merokok, alkohol, minuman karbonat, kafein, asupan gizi rendah, kurang pajanan sinar matahari, penggunaan obat dalam waktu lama (kortikosteroid, sitostatika, antikejang, antikoagulan/heparin, warfarin), dan lingkungan.

Lebih baik mencegah

Saat acara peringatan Hari Osteoporosis Sedunia di Dubai, 21 Oktober 2007, Chief Executive Officer IOF Daniel Navid menyatakan, osteoporosis memerlukan perhatian serius dari pemerintah di semua negara, termasuk Indonesia. Masyarakat harus diberi pendidikan akan pentingnya nutrisi, juga harus ada akses pengobatan bagi warga masyarakat.

"Jika tidak memberi perhatian pada bahaya osteoporosis, pemerintah akan mengeluarkan lebih banyak untuk mengatasi dampaknya. Oleh karena itu, lebih baik kita mencegah osteoporosis," kata Daniel Navid.

Menurut Daniel Navid, jika tulang punggung telah mengalami osteoporosis dan tidak mendapatkan pengobatan, orang tersebut akan menjadi lemah secara fisik. Secara psikologis mereka pun kehilangan harapan dan merasa tidak berguna.

Pradeep Pant, Regional Managing Director Fonterra, mengemukakan fakta bahwa satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki di atas 50 tahun di dunia terkena osteoporosis. "Ada tiga poin yang kini harus kita lakukan, yaitu membuat pemerintah peduli pada bahaya osteoporosis; membuat masyarakat peduli osteoporosis; dan sekaligus mengenali bahaya osteoporosis," kata Pradeep Pant.

Kini, jika kita telah peduli pada kesehatan tulang, sebaiknya mulai rutin mengonsumsi kalsium. Yang menyedihkan adalah fakta bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi kalsium masih sangat rendah: 254 mg per hari. Padahal, menurut standar internasional, kalsium yang harus dikonsumsi oleh orang dewasa adalah 1.000-1.200 mg per hari.

Selain dari susu, kalsium bisa diperoleh dari makanan sehari-hari seperti keju, yoghurt, teri kering, rebon, teri segar, sarden kaleng, daun pepaya, bayam, sawi, brokoli, kacang panjang, susu kedelai, tempe dan tahu, dan serealia seperti jali dan havermut.

Jika ongkos pengobatan atau dampak osteoporosis ternyata mahal harganya, kenapa tidak kita mulai perbanyak konsumsi kalsium yang harganya tidak seberapa dan ada di sekitar kita? Mari menikmati usia senja tanpa osteoporosis....


Sumber:
Kompas
Penulis: Elok Dyah Messwati, dalam :
http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0711/02/110525.htm
2 November 2007

Kenali Sinyal Kecil Gejala Osteoporosis

Karena tidak memerlihatkan gejala klinis yang nyata maka osteoporosis disebut juga dengan silent thief. Tapi, tahukah kalau tanda-tanda awal osteoporosis bisa dilihat melalui mulut kita? Karena pengeroposan pada tulang rahang, bisa menjadi pertanda kemungkinan terjadinya pengeroposan tulang pada bagian tubuh kita yang lain.

Osteoporosis merupakan penyakit tulang paling umum terjadi pada hampir 1 dari 3 perempuan berusia di atas 65 tahun. Penyakit yang menurunkan kepadatan tulang kita ini, memang sulit kita rasakan sebelum tulang mengalami cedera atau retak. Tapi ternyata, dokter gigi kita bisa melakukan pendeteksian tanda-tanda awal osteoporosis melalui pemeriksaan gigi rutin kita.

Kondisi mulut kita bisa menjadi sebuah indikator yang penting untuk memperlihatkan keadaan tulang kita sebenarnya. Dr. Sonja Roesma, SKM., AAK., dalam buku Pencegahan Dini Osteoporosis, menjelaskan rahang kita terdiri dari tulang trabekular yang kondisinya tidak sepadat tulang biasa, jadi ketika kalsium tulang digerogoti maka rahang yang terlebih dahulu merasakan akibatnya. Dan ini menjadi bukti, mengapa orang tua banyak yang ompong.

Waspadalah jika kita mengalami gejala-gejala seperti, gigi terlepas, kondisi gusi yang terpisah dengan gigi, mengalami penyakit gusi yang parah, pemakaian gigi palsu yang selalu tidak pas, dan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan serta berbicara. Ketika gejala di atas terjadi maka dokter gigi kita biasanya akan melakukan ronsen gigi untuk menunjukkan kondisi kepadatan tulang pada rahang dan tulang di sekitar gigi kita. Jika ronsen gigi memperlihatkan adanya penurunan angka kepadatan tulang, itu bisa menjadi sinyal akan terjadinya tahap lanjutan pada osteoporosis.

Selain melemahkan tulang dan meningkatkan risiko terjadi patah pada tulang, osteoporosis juga dapat memberikan dampak negatif yang besar terhadap kesehatan gigi kita. Dalam tahap lanjut, osteoporosis dapat memicu terjadinya penanggalan gigi atau pengikisan pada tulang rahang. Ketika gigi kita “hilang” dan membuat bentuk rahang kita berubah, hasilnya kita akan kehilangan kemampuan untuk makan, minum, dan berkomunikasi secara benar. Selain itu, osteoporosis juga akan meningkatkan risiko penyakit periodontal pada gusi.

Sebagian besar orang, khususnya perempuan, akan mencapai puncak pada investasi tulang mereka pada awal usia 20-an. Oleh sebab itu sebisa mungkin kita bisa memiliki “tabungan” tulang yang banyak sejak dini dengan mengonsumsi susu, yogurt, brokoli dan makanan tinggi kalsium lainnya. Selain itu kita juga bisa melakukan beberapa langkah pencegahan seperti :

1. Memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium sesuai yang direkomendasikan. Untuk perempuan 1200 mg, pria 800 mg dan bagi orang usia di atas 65 tahun 1500 mg.

2. Rutin melakukan olahraga yang dapat menguatkan tulang dan otot kita.

3. Mengonsumsi makanan yang sehat dan mengandung kalsium dan vitamin D, seperti ikan teri, salmon, brokoli, kubis, yogurt, kacang panjang, bok choy dan jeruk.

4. Hindari rokok dan kurangi asupan kafein serta alkohol.

5. Periksakan kesehatan gigi kita secara berkala ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali

Sumber :
http://www.kalbe.co.id/?mn=news&tipe=detail&detail=20329
16 Oktober 2009