Minggu, 17 Januari 2010

Penyakit Osteoporosis


Pernahkah Anda melihat wanita tua bertubuh bongkok? Wanita tua itu pasti menderita penyakit osteoporosis yang menyebabkan tulang punggungnya melengkung. Osteoporosis tidak menampakkan tanda-tanda fisik yang nyata hingga terjadi keropos atau keretakan pada usia senja.

Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

Berikut ini fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat membukakan mata dan meningkatkan kesadaran akan ancaman penyakit osteoporosis.


Studi di dunia:

1. Satu diantara tiga wanita di atas usia 50 tahun dan satu diantara lima pria di atas 50 tahun menderita osteoporosis.
2. Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, Amerika sebanyak 75 juta penduduk, sedangkan China 84 juta penduduk.
3. Ada 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia.
Risiko kematian akibat patah tulang pinggul sama dengan kanker payudara. (Studi Cummings et al, 1989)


Studi di Indonesia:

1. Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.
2. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
3. Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
4. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (DEPKES, 2006)
5. Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan perokok di negeri ini urutan ke-2 dunia setelah China.

Sumber :
http://www.medicastore.com/osteoporosis/
17 Januari 2010

Sumber Gambar:
http://chrischamcl.files.wordpress.com/2009/10/osteoporosis.jpg

Menabung Kalsium Dalam Tulang Untuk Cegah Osteoporosis

Pola makan, gaya hidup dan olah raga teratur, dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Penyakit ini selain dipengaruhi faktor gen juga dipengaruhi berbagai permasalahan yang dihadapi kaum wanita, seperti pengaruh hormonal yang adavdi dalam tubuh manusia. Untuk menghindari terjadinya osteoporosis kaum wanita harus senantiasa mempehatikan pola makan sehat, dan rajin berolah raga sehingga terhindar dari penyakit degeratif, terutama osteoporosis yang banyak menyerang masyarakat, khususnya kaum wanita.

Hal itu dikemukakan Dr Mulyono Sudirman, SpB,SpBO,MBA Dalam Seminar Deteksi Dini Osteoporosis yang diselenggarakan Klinik Nusantara Medical Center beberapa waktu lalu. Masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai, yaitu mencapai 19,7 persen, dan berada di urutan ke enam terbesar setelah China. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 14 provinsi, ditemukan lima provinsi dengan risiko osteoporosis tertinggi, yaitu Sumatera Selatan, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur. Sedangkan risiko terendah berada di Kalimantan Timur.

MenurutMulyono, secara nasional Indonesia mengalami masalah kesehatan baru, yaitu permasalahan triple burden problem berupa berjangkitnya kembali penyakit lama (old problem) yang belum terpecahkan seperti meningkatnya kembali penyakit infeksi dan kurang gizi, penyakit lama yang muncul kembali (re-merging problem) seperti malaria, TBC dan diare serta timbulnya masalah baru (emerging problem) karena meningkatnya usia harapan hidup.

Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degenaratif dimana 1 dari 3 wanita memiliki kecenderungan untuk menderita osteoporosis, sedangkan pada pria insidennya lebih kecil yaitu 1 dari 7 pria. Biasanya penyakit keropos tulang ini menjangkiti sebagian besar wanita pasca menopause. Namun berdasarkan penelitian, wanita usia muda, yaitu 25 tahun meningkat risiko osteoporosisnya, sebagai akibat berubahnya gaya hidup masyarakat yang kurang mementingkan aktivitas fisik.

Dibandingkan dengan masyarakat di negara Afrika, densitas tulang masyarakat Eropa dan Asia lebih rendah, sehingga mudah sekali mengalami osteoporosis.

“Yang lebih menyedihkan lagi, komponen untuk menekan kejadian osteoporosis di Indonesia semuanya tersedia di Indonesia dengan mudah dan murah, seperti memperbanyak mengkonsumsi ikan teri, tahu dan tempe, tanpa harus seperti orang eropa yang banyak mengkonsumsi keju dan susu,”Tukas Sularto. Berdasarkan penelitian pakar Gizi, asalkan masyarakat Indonesia menerapkan dengan sungguh-sungguh pola makan Gizi seimbang atau empat sehat lima sempurna, ditambah dengan aktivitas fisik seperti olah raga.

Penyebab Osteoporosis

Penyebab Osteoporosis adalah adanya gangguan pada metebolisme tulang. Pada keadaan normal, sel-sel tulang, yaitu sel pembangun (Osteoblas) dan sel pembongkar (Osteoklas) bekerja silih berganti, saling mengisi, seimbang, sehingga tulang terjadi utuh. Apabila kerja osteoklas melebihi kerja osteoblas, maka kepadatan tulang menjadi kurang dan akhirnya keropos.

Metabolisme tulang dapat terganggu oleh berbagai kondisi, yaitu berkurangnya hormon estrogen , berkurangnya asupan kalsium dan vitamin D, berkurangnya stimulasi mekanik (inaktif) pada tulang, efek samping beberapa jenis obat, minum alkohol, merokok dan sebagainya.

Osteoporosis terjadi secara diam-diam, tak bergejala dan baru disadari apabila kedapatan tinggi badan berkurang, postur tubuh bungkuk, atau tiba-tiba nyeri tulang, Nyeri tulang oleh adanya patah tulang yang sangat halus dan biasanya nyeri teratasi setelah 4-6 minggu.

Umumnya wanita usia lanjut dimulai pada masa menopause, dan pria dapat juga terserang osteoporosis sesudah berusia 70 tahun. Ada beberapa kondisi yang seseorang yang dapat terancam stroke, yaitu kekurangan asupan kalsium dan vitamin D, yang tirah baring lama, apapun sebabnya dengan imobilisasi/inaktif, dengan terapi obat, dengan pola hidup tidak sehat, dan dengan berat badan kurang.

Untuk mengetahui terjadinya osteoporosis, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan seperti pengukuran kepadatan massa tulang dengan alat Desitometri, dan pemeriksaan laboratorium petanda biokimiawi osteoporosis.

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya osteoporosis baik pada orang sehat maupun penderita stroke ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu cukupi asupan kalsium, cukup asupan vitamin D melalui pajjanan sinar matahari pagi atau sore sinar matahari akan mengubah pro vitamin D yang ada di bawah kulit menjadi vitamin D, hidup aktif dengan cara malakukan aktifitas fisik dengan prinsip pembebanan terhadap tulang, dalam bentuk perbanyak jalan.

Selain itu, hindari merokok, minum alkohol, waspada jika dalam garis keturunan ada yang menderita osteoporosis, dan lakukan pemeriksaan tes dini osteoporosis pada dokter saat menopause. Khusus untuk pasien stroke, ditambah dengan aktifitas fisik sedini mungkin pasca stroke atas paduan dokter, pertahankan aktifitas berjalan teratur setiap hari, dan kemungkinan mengkonsumsi obat bisfosfonay dapat mencegah osteoporosis pada pasien stroke.

Untuk mencegah osteoporosis harus dimulai sedini mungkin untuk mencapai massa tulang semaksimal mungkin, serta penurunan seminimal mungkin. Bahkan pencegahan osteoporosis harus dimulai sejak bayi dalam kandungan, masa kanak-kanak, remaja, sampai dewasa baik pada wanita maupun pria, melalui metode menabung kalsium dalam tulang untuk cegah Osteoporosis.

Agar diperoleh tulang yang sehat, peranan seluruh masyarakat sangat diharapkan dan dalam lingkup yang kecil yaitu keluarga, peranan orang tua dalam menentukan gaya hidup anak-anaknya disamping dirinya sendiri juga sangat menentukan.

Mengingat penderita stroke sangat rawan terhadap osteoporosis, sebaiknya unit rehabilitasi medik di beberapa rumah sakit yang menangani pasien stroke memasukkan pencegahan osteoporosis menjadi bagian integral dari program rahabilitasi pada pasien stroke.

Problem Osteoporosis

Karena penderita osteoporosis pada umumnya tidak berkeluhan dan baru diketahui setelah penderita patah tulang oleh trauma yang ringan, maka masalah yang timbul adalah biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih mahal mengobati penderita dengan mengobati patah tulang daripada mencegah timbulnya patah tulang osteoporosis, terutama pada wanita pasca menopause.

Pada saat ini wanita berusia 50 tahun mempunyai risiko 40 persen menderita patah tulang karena osteoporosis dikemudian hari. Karena itu deteksi dini dan tindakan pencegahan dini penting untuk mencegah terjadinya patah tulang akibat osteoporosis. Osteoporosis dapat diobati tetatpi keadaan tulangnya tidak bisa dikembalikan ke keadaan sebelumnya.

Problema yang disebabkan dapat diobati, kehilangan lanjutan dan perlemahan lanjutan dari tulang dapat diperlambat. Karenanya pencegahan primer merupakan tujuan yang penting. B5/D1

Sumber :
http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=3031
30 Juni 2005

Diet Usia Dini Tingkatkan Risiko Osteoporosis

Penelitian terbaru mengungkapkan, remaja putri yang melakukan diet untuk mendapatkan tubuh ramping berisiko lebih tinggi terserang osteoporosis. Tim ilmuwan di Inggris menemukan hubungan antara kekuatan tulang dengan kadar lemak yang ada di tubuh.

Menurut mereka, kadar lemak memainkan peranan penting untuk membentuk tulang yang kuat, terutama pada anak remaja perempuan. Keinginan untuk memiliki tubuh ramping hanya akan membahayakan tulang mereka dalam jangka panjang.

Sekelompok ilmuwan dari Bristol University melakukan penelitian dengan melibatkan 4.000 remaja perempuan berusia 15 tahun. Mereka melakukan teknik scan tulang pada para partisipan, dengan menghitung bentuk dan kepadatan tulang lalu dihubungkan dengan berapa banyak lemak tubuh yang dimilikinya.


Hasil scan mengungkapkan, partisipan dengan kadar lemak tinggi cenderung memiliki bentuk tulang yang lebar dan tebal. Diketahui pula, setiap ada peningkatan kadar lemak sebesar 5 kg dikaitkan dengan 8% peningkatan ketebalan tulang kaki bagian bawah. Dengan kata lain, hasil ini mengungkapkan bahwa kadar lemak dalam tubuh memainkan peranan penting dalam perkembangan tulang perempuan.

Dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan cenderung memiliki kadar lemak lebih tinggi, meskipun mereka memiliki berat badan normal. Membangun tulang kuat di usia belia sangat penting bagi perempuan, karena hasil penelitian menunjukan bahwa perempuan tiga kali lebih berisiko mengalami osteoporosis dan menderita patah tulang dibandingkan dengan laki-laki. Dengan tidak memaksakan diri memiliki tubuh langsing dan melakukan diet, maka tulang akan mengalami kepadatan dan risiko mengalami osteoporosis pun berkurang.

" Ada sangat banyak desakan pada anak remaja untuk menjadi langsing, tapi mereka juga harus sadar bahwa ini dapat membahayakan perkembangan tulang dan membuat mereka lebih risiko mengalami osteoporosis,” kata Professor Jon Tobias, pemimpin penelitian.

Sumber :
http://www.conectique.com/get_updated/article.php?article_id=8300

Teka-Teki Patogenesitas Osteoporosis Telah Dipecahkan!

Osteoporosis, atau pengeroposan tulang, adalah penyakit yang populer di kalangan manula, khususnya wanita. Meskipun demikian, selama ini tidak diketahui dengan jelas bagaimana proses ini terjadi di dalam tubuh. Para ilmuwan Max Delbrück Center (MDC) untuk Pengobatan Molekuler di Berlin-Buch, Jerman, akhirnya berhasil memecahkan mekanisme regulasi yang menjaga kestabilan antara pembentukan dan penguraian tulang. Dr. Jeske J. Smink, Dr. Valérie Bégay, dan Professor Achim Leutz menemukan adanya dua materi genetik-isoform pendek dan isoform panjang-yang mengendalikan kedua proses tersebut. Para ilmuwan MDC berharap penemuan ini dapat membuka alternatif baru bagi terapi penyakit-penyakit tulang.

Pasien osteoporosis mengalami penguraian sel-sel tulang secara berlebihan. Tulang mereka akan kehilangan densitasnya sehingga strukturnya menjadi rapuh dan mudah patah, bahkan akibat kecelakaan ringan sekalipun. Harmonisasi kerja antara dua sel, yaitu sel osteoblas (pembentuk sel tulang) dan osteoklas (pengurai sel tulang), menentukan kepadatan jaringan tulang secara keseluruhan. Keseimbangan kerja dua sel tersebut dikendalikan secara ketat oleh sistem regulasi genetik untuk mencegah ketimpangan antarproses yang satu dengan yang lain. Dr. Smink, Dr. Bégay, and Professor Leutz merumuskan sistem rumit tersebut dengan bantuan aktivator C/EBP beta. Protein ini memiliki beberapa bentuk yang masing-masing dibedakan oleh ukuran dan jumlah komponen-komponen dasarnya. Isoform berukuran panjang dinamai LAP, sedangkan isoform berukuran pendek dinamai LIP.

LAP mengaktivasi represor MafB yang berfungsi untuk mencegah pembentukan osteoklas. Sebaliknya, LIP menekan aktivitas MafB sehingga terjadi proliferasi osteoklas. Hasilnya, aktivitas osteoklas dalam menguraikan sel tulang akan lebih tinggi dibandingkan pembentukan sel tulang baru oleh osteoblas. Ketidakseimbangan inilah yang menyebabkan terjadinya osteoporosis.

Aktivitas molekul sinyal, mTOR (mammalian Target of Rapamycin atau target mamalia dari rapamisin), menentukan isoform mana yang akan dibentuk. Ripamisin menginhibisi mTOR dan, secara tidak langsung, menahan pembentukan osteoklas. Sayangnya, rapamisin memiliki efek samping terhadap sistem imunitas. Profesor Leutz masih berharap suatu saat akan ditemukan obat pengganti rapamisin yang dapat mengendalikan mTOR dengan efek samping yang tidak membahayakan sehingga abnormalitas osteoklas dapat diatasi secara efektif.

Sumber :
Rahmi Yusuf
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/teka-teki-patogenesitas-osteoporosis-telah-dipecahkan/
22 Mei 2009

Cegah Osteoporosis dengan Gaya Hidup Sehat - Tulang Kuat, Tabungan ‘Sehat’ Masa Tua

Tulang merupakan suatu jaringan hidup yang juga memiliki respon terhadap asupan nutrisi atau pun gerakan tubuh. Sehingga, pengaruh dari perilaku hidup pun dapat mempengaruhi kesehatan tulang kita. Osteoporosis atau tulang rapuh menjadi salah satu kelainan tulang yang sering terdengar. Akibat perilaku hidup tersebut, Osteoporosis yang identik dengan penyakit orang tua ini juga dapat menyerang anak muda.

Pembentukan tulang dimulai sejak seseorang masih dalam kandungan, sehingga pada masa hamil, seorang ibu harus memperbanyak konsumsi susu agar kandungan kalsium di tubuh ibu dan tubuh bayi bisa meningkat. Ketika mulai beranjak remaja, pola makan yang memenuhi standar minimal asupan kalsium dan olahraga yang rutin akan membuat pertumbuhan pembentukan tulang mencapai titik yang maksimal.

Pertumbuhan tulang akan mencapai puncaknya pada umur 30 tahun, selepas umur itu maka pertumbuhan tulang bukannya naik lagi namun menurun. Maka dari itu mengapa perlu adanya pencegahan melalui olahraga dan asupan nutrisi yang tepat, sehingga kelainan pada tulang seperti Osteoporosis ini dapat dihindari.


Apa itu Osteoporosis?

Menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan mineral dalam tulang dan kemudian disertai dengan rusaknya arsitektur tulang akan mengakibatkan penurunan kekuatan tulang yang dalam hal ini adalah pengeroposan tulang (Osteoporosis), sehingga mengandung risiko mudah terjadi patah tulang.

Osteoporosis menjadi masalah, hal ini dikarenakan Osteoporosis kerap kali timbul tanpa ada gejala fisik yang jelas. ”Penderita umumnya tahu setelah dia mengalami patah tulang, dan ketika diperiksa baru diketahui bahwa patah tulang tersebut akibat Osteoporosis,” ujar dr. Meisy Andriana, Sp. RM usai mengisi Seminar Awam Nikmati Masa Tua yang Bahagia Dengan Tulang Yang Sehat. Maka dari itu beberapa orang mengatakan Osteoporosis sebagai ”silent disease”.

Kekuatan tulang dipengaruhi oleh dua hal, yakni kepadatan tulang dan kualitas tulang. Kedua faktor tersebut sangat erat kaitannya dengan keadaan hormonal dalam tubuh dan juga terkait dengan perilaku sehari-hari menyangkut asupan nutrisi dan tempaan pada tubuh yang dapat memperkuat keadaan tulang.

Tiga tempat yang rawan akan Osteoporosis, diantaranya adalah tulang belakang, panggul dan pergelangan tangan.


Tipe Osteoporosis

Dibagi berdasarkan faktor risiko dan penyebab rapuhnya tulang, maka terdapat dua macam Osteoporosis, diantaranya:

Osteoporosis Primer, akibat kekurangan estrogen, yakni umumnya pada wanita yang telah mengalami menopause, dan akibat kekurangan testoteron, yakni andropause pada pria yang berarti berkurangnya produksi hormon testoteron, umumnya terjadi pada pria berumur 40 tahun ke atas.

Osteoporosis senilis juga termasuk pada jenis Osteoporosis Primer. Kerapuhan tulang satu ini akibat usia. Pada pria maupun wanita diatas umur 70 tahun dengan perbandingan antara wanita dan pria, yakni 2:1.
Osteoporosis Sekunder,

Osteoporosis jenis ini dipengaruhi seperti adanya penyakit yang mendasari, akibat obat-obatan dan lain sebagainya.

Osteoporosis jenis lain adalah Idiopathic osteoporosis yang terjadi pada anak.


Faktor Risiko Tidak Dapat Diubah

Terdapat beberapa faktor risiko pada manusia yang tidak dapat diubah sebagai salah satu risiko peningkatan terjadinya Osteoporosis, diantaranya:

Usia Lanjut, karena secara alami kepadatan tulang pada manusia, seperti yang telah dijelaskan di atas akan mulai menurun dengan sendirinya di umur 30 tahun keatas.

Jenis kelamin, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami Osteoporosis, hal ini diakibatkan wanita mengalami menopause yang berarti berhentinya produksi hormon estrogen. Sedangkan pada pria, Osteoporosis terjadi cenderung lebih lambat, karena pria tidak mengalami perhentian produksi hormone testoteron, tetapi penurunan hormon testoteron di umur 40 tahun keatas.


Perbandingan kasus Osteoporosis pada tulang pergelangan tangan antara wanita dan pria adalah 4:1, sedangkan untuk kasus Osteoporosis pada tulang belakang adalah 3:1, dan untuk tulang panggul memiliki perbandingan 2:1. Sedangkan untuk kasus Osteoporosis secara keseluruhan di Indonesia pada wanita umur 50-59 tahun adalah 24%, sedangkan untuk wanita umur 60-70 tahun meningkat menjadi 62%.
Riwayat keluarga yang mengalami patah tulang akibat Osteoporosis, seseorang yang memiliki sanak famili pernah mengalami kerapuhan atau bahkan patah tulang akibat Osteoporosis akan cenderung memiliki potensi untuk mengalami Osteoporosis. Hal ini juga dijelaskan oleh dr. Meisy Andriana, Sp. RM saat membawakan seminar awam seputar Osteoporosis.


Faktor Risiko Dapat Diubah

Membatasi atau menghentikan konsumsi makanan atau minuman yang dapat memicu risiko pengkeroposan tulang, beberapa diantaranya adalah: alkohol, soft drink, dan minuman yang mengandung kafein.

Merokok, beberapa akibat yang ditimbulkan rokok terkait kesehatan tulang adalah:
dapat menghambat aktifitas pembentukan sel baru (osteoblast)

Meningkatkan pemecahan estrogen eksogenus

Berat badan di bawah normal

Menopause dini


Pencegahan Osteoporosis

Walau terdapat beberapa faktor risiko yang tidak dapat dihindari, namun setidaknya sedini mungkin kita harus menyadari betapa pentingnya memiliki tulang kuat dan sehat. Sehingga dapat menjalani hari tua dengan bahagia, diantara beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menunjang kesehatan tulang kita adalah:
Konsumsi Kalsium,

Sumber kalsium umumnya diperoleh dari makanan, beberapa nutrisi yang mengandung kalsium diantaranya adalah: susu, yoghurt, keju, brokoli, salmon, oats, kacang kedelai, tahu, tempe, dan kacang merah. Salah satu jenis sayuran yang juga dikatakan dapat membantu mencegah osteoporosis adalah semanggi, salah satu makanan khas Kota Surabaya.


Olahraga,

Untuk mencegah Osteoporosis, Anda hanya perlu meluangkan pagi atau sore Anda dengan berjalan kaki, atau pun bersepeda statis secara rutin. Atau jika ada kesempatan untuk berjalan kaki, pilihlah berjalan ketimbang menaiki kendaraan anda atau naik lift. Selain itu dianjurkan juga melakukan weight bearing, yakni low impact exercise seperti contohnya naik turun tangga, berjalan.

Melalui olahraga tulang tidak hanya dapat bertambah kuat karena peningkatan kekuatan otot, tetapi juga menjaga keseimbangan tubuh dan menghindari risiko terjatuh, meningkatkan dan memperbaiki postur tubuh.

Latihan yang berlebihan juga tidak baik bagi tubuh dan malah akan menimbulkan Osteoporosis, hal ini biasanya terjadi pada atlit olahraga, seperti lari maraton. Baiknya diimbangi dengan nutrisi yang tepat selain berolahraga.
Cukupi tubuh Anda dengan Vitamin D,

Bukan hanya bayi yang membutuhkan sinar matahari yang kaya akan vitamin D, tetapi di usia dewasa pun manusia atau tepatnya tulang kita pun tetap membutuhkan vitamin D. Karena vitamin D diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium di dalam usus, sehingga asupan kalsium dapat digunakan tubuh dengan maksimal. Maka dari itu, dianjurkan melakukan olahraga di pagi hari sebelum ada aktifitas kendaraan bermotor dan ketika matahari masih hangat-hangatnya.


Perilaku Hidup Yang Sehat dan tepat,

Meminimalisir faktor risiko yang dapat dikendalikan seperti konsumsi alkohol, soft drink, atau pun kafein dapat cukup membantu pencegahan keropos tulang.


Deteksi Dini,

Karena kepadatan tulang dan keroposnya tulang ini tidak dapat dideteksi, maka pemeriksaan dini sangat dianjurkan. Seperti yang diungkapkan oleh dr. BP. Yenniastoeti yang juga menjadi salah satu pengisi materi dalam seminar awam seputar Osteoporosis, Ia menjelaskan bahwa saat ini masyarakat masih mengenal screening dengan alat USG. ”Masih banyak kelemahan deteksi pada alat tersebut,” jelasnya.

Maka dari itu terdapat standar yang ditetapkan oleh WHO dalam pemeriksaan massa tulang, terutama bagi penderita yang mempunyai kecenderungan fraktur patah. Alat tersebut dikenal dengan nama Bone Densitometri. Keunggulan dari alat ini adalah memiliki akurasi dan presisi yang lebih baik, paparan radiasi yang rendah, dan waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan lebih singkat.

Pengkeroposan tulang tidak dapat dihindari, namun perilaku atau pun kebiasaan hidup yang salah dapat memicu pengkeroposan tulang lebih dini. Patahnya tulang akibat Osteoporosis ini memerlukan terapi dan pengobatan yang cukup lama, sehingga dapat menghambat kinerja sehari-hari, karena pada umumnya seperti yang telah diungkapkan di atas, tiga tempat paling rawan terhadap pengkeroposan adalah, tulang belakang, pergelangan tangan, dan pinggul.

Konsumsi makanan yang dapat mendukung kesehatan tulang, rutin berolahraga menjadi kunci sukses mencegah Osteoporosis dini, dan selain dapat meningkatkan metabolisme tubuh dalam bekerja, pencegahan ini dapat menjadi ’tabungan sehat’ di hari tua nanti.(fie)

Sumber :
Reporter : Dian Sofianty P
http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/cegah-osteoporosis-dengan-gaya-hidup-sehat
31 Maret 2009

Menikmati Usia Senja Tanpa Osteoporosis

Jika konsumsi kalsium Anda kurang, merokok dan sering minum alkohol, jarang berolahraga dan jarang terpapar matahari, apalagi bila tinggi badan Anda menjadi berkurang, maka waspadalah. Bisa jadi Anda terkena osteoporosis.

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Hal itu berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko terjadinya patah tulang.

Penyakit osteoporosis ini sering disebut sebagai silent disease sebab tidak menunjukkan gejala klinis. Seolah-olah seseorang yang terkena osteoporosis sifatnya mendadak dan bisa berujung pada kematian.

Karena osteoporosis ini sangat berbahaya, terutama pada mereka yang berusia senja, maka koreografer dan penari Jawa klasik, Retno Maruti—yang kini berusia 60 tahun—sangat memerhatikan asupan kalsium yang dikonsumsinya dan tetap beraktivitas rutin. "Kesehatan tulang sangat penting, terutama terkait dengan kebebasan fisik untuk bergerak," kata Retno Maruti, yang menjadi duta osteoporosis Indonesia untuk International Osteoporosis Foundation (IOF) sejak 2003.

Di Indonesia, banyak orang yang sudah berusia senja kini tidak mampu bergerak bahkan beraktivitas banyak. Malah ada yang sudah bungkuk, membawa tongkat atau hanya bisa duduk di kursi roda lantaran didera osteoporosis. Alhasil, karena osteoporosis, fisik mereka terbelenggu.

Kenyataan inilah yang menggugah kesadaran Retno Maruti untuk menjaga pola makan dan gaya hidupnya. Ia berupaya mengonsumsi makanan sehat, termasuk susu sesuai kebutuhannya, serta tetap mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan terus berlatih menari.

"Kalau kecapaian, salah bergerak, sehingga membuat otot sakit, itu pernah saya alami. Tetapi saya tidak memforsir diri dan selalu melakukan pemanasan atau mempersiapkan otot sebelum menari," katanya.

Retno Maruti sadar betul betapa berbahayanya osteoporosis dan pentingnya hidup sehat untuk melawan osteoporosis. Karena itu, tambahnya, "Kita semua perlu mengonsumsi susu, makanan sehat, dan olahraga yang teratur. Yang terpenting adalah mengatur keseimbangan hidup."

Didahului osteoponia

Sebelum terjadi osteoporosis, penderita terlebih dahulu mengalami osteoponia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat berbagai keadaan.

Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan PT Fonterra Brands Indonesia (2005) ditemukan bahwa prevalensi osteoponia mencapai 41,8 persen dan 10,3 persen menderita osteoporosis. Artinya, dua dari lima penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis.

Penelitian tersebut dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Penelitian itu melibatkan sampel hingga 65.727 orang (22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan).

Cara pengumpulan data adalah dengan pemeriksaan densitas massa tulang, parameter untuk mengukur kepadatan tulang, dan dilakukan dengan menggunakan alat "Sahara Clinical Bone Sonometer".

Dari penelitian itu didapat data bahwa prevalensi osteoporosis pada umur kurang dari 55 tahun lebih tinggi pada laki-laki, tetapi setelah umur di atas 55 tahun ternyata prevalensi osteoporosis lebih tinggi pada perempuan. Bahkan pada usianya prevalensi pada perempuan dua kali lebih besar daripada laki-laki.

Hal ini kemungkinan disebabkan gaya hidup yang menghambat penyerapan kalsium, misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol. Sementara itu, kenaikan pada perempuan di atas 55 tahun kemungkinan besar disebabkan hormon estrogen yang sudah menurun saat menopause.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan I Nyoman Kandun, ada faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yakni usia (populasi kenaikan usia lanjut Indonesia 9,77-11,34 persen per tahun, tahun 2005 mencapai 18,4 juta jiwa), jender, genetik, dan ras. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah immobilitas, postur tubuh kurus, kebiasaan merokok, alkohol, minuman karbonat, kafein, asupan gizi rendah, kurang pajanan sinar matahari, penggunaan obat dalam waktu lama (kortikosteroid, sitostatika, antikejang, antikoagulan/heparin, warfarin), dan lingkungan.

Lebih baik mencegah

Saat acara peringatan Hari Osteoporosis Sedunia di Dubai, 21 Oktober 2007, Chief Executive Officer IOF Daniel Navid menyatakan, osteoporosis memerlukan perhatian serius dari pemerintah di semua negara, termasuk Indonesia. Masyarakat harus diberi pendidikan akan pentingnya nutrisi, juga harus ada akses pengobatan bagi warga masyarakat.

"Jika tidak memberi perhatian pada bahaya osteoporosis, pemerintah akan mengeluarkan lebih banyak untuk mengatasi dampaknya. Oleh karena itu, lebih baik kita mencegah osteoporosis," kata Daniel Navid.

Menurut Daniel Navid, jika tulang punggung telah mengalami osteoporosis dan tidak mendapatkan pengobatan, orang tersebut akan menjadi lemah secara fisik. Secara psikologis mereka pun kehilangan harapan dan merasa tidak berguna.

Pradeep Pant, Regional Managing Director Fonterra, mengemukakan fakta bahwa satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki di atas 50 tahun di dunia terkena osteoporosis. "Ada tiga poin yang kini harus kita lakukan, yaitu membuat pemerintah peduli pada bahaya osteoporosis; membuat masyarakat peduli osteoporosis; dan sekaligus mengenali bahaya osteoporosis," kata Pradeep Pant.

Kini, jika kita telah peduli pada kesehatan tulang, sebaiknya mulai rutin mengonsumsi kalsium. Yang menyedihkan adalah fakta bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi kalsium masih sangat rendah: 254 mg per hari. Padahal, menurut standar internasional, kalsium yang harus dikonsumsi oleh orang dewasa adalah 1.000-1.200 mg per hari.

Selain dari susu, kalsium bisa diperoleh dari makanan sehari-hari seperti keju, yoghurt, teri kering, rebon, teri segar, sarden kaleng, daun pepaya, bayam, sawi, brokoli, kacang panjang, susu kedelai, tempe dan tahu, dan serealia seperti jali dan havermut.

Jika ongkos pengobatan atau dampak osteoporosis ternyata mahal harganya, kenapa tidak kita mulai perbanyak konsumsi kalsium yang harganya tidak seberapa dan ada di sekitar kita? Mari menikmati usia senja tanpa osteoporosis....


Sumber:
Kompas
Penulis: Elok Dyah Messwati, dalam :
http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0711/02/110525.htm
2 November 2007

Kenali Sinyal Kecil Gejala Osteoporosis

Karena tidak memerlihatkan gejala klinis yang nyata maka osteoporosis disebut juga dengan silent thief. Tapi, tahukah kalau tanda-tanda awal osteoporosis bisa dilihat melalui mulut kita? Karena pengeroposan pada tulang rahang, bisa menjadi pertanda kemungkinan terjadinya pengeroposan tulang pada bagian tubuh kita yang lain.

Osteoporosis merupakan penyakit tulang paling umum terjadi pada hampir 1 dari 3 perempuan berusia di atas 65 tahun. Penyakit yang menurunkan kepadatan tulang kita ini, memang sulit kita rasakan sebelum tulang mengalami cedera atau retak. Tapi ternyata, dokter gigi kita bisa melakukan pendeteksian tanda-tanda awal osteoporosis melalui pemeriksaan gigi rutin kita.

Kondisi mulut kita bisa menjadi sebuah indikator yang penting untuk memperlihatkan keadaan tulang kita sebenarnya. Dr. Sonja Roesma, SKM., AAK., dalam buku Pencegahan Dini Osteoporosis, menjelaskan rahang kita terdiri dari tulang trabekular yang kondisinya tidak sepadat tulang biasa, jadi ketika kalsium tulang digerogoti maka rahang yang terlebih dahulu merasakan akibatnya. Dan ini menjadi bukti, mengapa orang tua banyak yang ompong.

Waspadalah jika kita mengalami gejala-gejala seperti, gigi terlepas, kondisi gusi yang terpisah dengan gigi, mengalami penyakit gusi yang parah, pemakaian gigi palsu yang selalu tidak pas, dan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan serta berbicara. Ketika gejala di atas terjadi maka dokter gigi kita biasanya akan melakukan ronsen gigi untuk menunjukkan kondisi kepadatan tulang pada rahang dan tulang di sekitar gigi kita. Jika ronsen gigi memperlihatkan adanya penurunan angka kepadatan tulang, itu bisa menjadi sinyal akan terjadinya tahap lanjutan pada osteoporosis.

Selain melemahkan tulang dan meningkatkan risiko terjadi patah pada tulang, osteoporosis juga dapat memberikan dampak negatif yang besar terhadap kesehatan gigi kita. Dalam tahap lanjut, osteoporosis dapat memicu terjadinya penanggalan gigi atau pengikisan pada tulang rahang. Ketika gigi kita “hilang” dan membuat bentuk rahang kita berubah, hasilnya kita akan kehilangan kemampuan untuk makan, minum, dan berkomunikasi secara benar. Selain itu, osteoporosis juga akan meningkatkan risiko penyakit periodontal pada gusi.

Sebagian besar orang, khususnya perempuan, akan mencapai puncak pada investasi tulang mereka pada awal usia 20-an. Oleh sebab itu sebisa mungkin kita bisa memiliki “tabungan” tulang yang banyak sejak dini dengan mengonsumsi susu, yogurt, brokoli dan makanan tinggi kalsium lainnya. Selain itu kita juga bisa melakukan beberapa langkah pencegahan seperti :

1. Memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium sesuai yang direkomendasikan. Untuk perempuan 1200 mg, pria 800 mg dan bagi orang usia di atas 65 tahun 1500 mg.

2. Rutin melakukan olahraga yang dapat menguatkan tulang dan otot kita.

3. Mengonsumsi makanan yang sehat dan mengandung kalsium dan vitamin D, seperti ikan teri, salmon, brokoli, kubis, yogurt, kacang panjang, bok choy dan jeruk.

4. Hindari rokok dan kurangi asupan kafein serta alkohol.

5. Periksakan kesehatan gigi kita secara berkala ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali

Sumber :
http://www.kalbe.co.id/?mn=news&tipe=detail&detail=20329
16 Oktober 2009

Aspirin Berpotensi Obati Osteoporosis

SIAPA tidak mengenal aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal). Obat yang satu ini sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu dan sering digunakan sebagai analgesik (obat mengatasi rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (obat demam), dan anti-inflamasi atau peradangan.

Selain berkhasiat mengobati beragam gejala dan penyakit, manfaat aspirin juga terus berkembang seiring dengan gencarnya penelitian para ahli. Riset terbaru terhadap binatang, misalnya, mengungkap potensi aspirin untuk mengobati penyakit keropos tulang atau osteoporosis.

Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal PLoS One, peneliti dari Amerika Serikat mengindikasikan bahwa dosis rendah aspirin dapat menurunkan aktivitas sel-sel yang menggerogoti tulang. Di lain pihak, aspirin juga mampu meningkatkan aktivitas sel-sel yang membangun kepadatan tulang.

Oleh para ahli, meningkatnya aktivitas sel-sel yang merusak kepadatan tulang secara tipikal memang disebut sebagai penyebab osteoporosis. Namun, menurut Dr Songtao Shi dari University of Southern California School of Dentistry, Los Angeles, bukti terbaru telah mengindikasikan bahwa penurunan jumlah sel-sel yang membentuk tulang juga berperan bagi terjadinya penyakit keropos tulang.

Dalam penelitiannya, tim yang dipimpin Dr Songtao Shi berhasil membuktikan bahwa aspirin dapat menurunkan tingkat kerusakan sel-sel yang membentuk tulang pada tikus. Mereka juga dapat menunjukkan lebih jauh bahwa dengan menambahkan aspirin dalam dosis rendah, sel-sel pembentuk tulang menjadi lebih aktif, sedangkan sel-sel yang merusak tulang justru menjadi kurang aktif. Dengan penambahan aspirin, tulang-tulang tikus ini menjadi lebih kuat dan lebih padat.

“Aspirin mungkin dapat menawarkan sebuah pendekatan baru dalam mengobati osteoporosis yang banyak dialami para wanita setelah memasuki masa menopause," kata peneliti seperti dikutip Reutershealth, Kamis (31/7) .

Walaupun beberapa riset pada manusia telah mengindikasikan bahwa penggunaan aspirin secara teratur memberikan faedah yang cukup pada pemadatan tulang para wanita menopause, Shi menekankan pentingnya penelitian lanjutan untuk mengungkap lebih detail dan mengklarifikasi mekanisme aspirin dalam mencegah dan mengobati osteoporosis.

Sumber :
http://www.dechacare.com/Aspirin-Berpotensi-Obati-Osteoporosis-I343.html
31 Juli 2008

Hati-hati Terhadap Osteoporosis

Penyakit Osteoporosis adalah penyakit yang gejalanya sering kali tidak terlihat. Penyakit itu biasanya baru terdeteksi setelah terjadi patah-patah kecil pada bagian dalam tulang atau rasa nyeri. Patah tulang karena Osteoporosis biasanya terjadi pada pergelangan tangan, tulang punggung, atau pangkal paha.

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan adanya kelainan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang serta resiko terjadinya patah tulang. Struktur tulang masih normal, tetapi massa tulang yang mengisi jaringan tulang menjadi rapuh dan mudah patah (fraktur). Penyakit ini juga disebut `pencuri tulang` yang bekerja secara diam-diam tanpa gejala sampai terjadinya komplikasi patah tulang yang disebabkan oleh hal-hal sepele.

Seringkali seseorang tidak mengetahui ia terserang osteoporosis, karena serangannya tidak diawali dengan tanda-tanda. Biasanya diketahui secara kebetulan pada saat pengambilan foto rontgen karena penyakit lain, kecelakaan ringan atau pada saat seseorang mengalami patah tulang. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, misalnya kekuarangan Kalsium, gerak, vitamin D, gangguan hormon tubuh, perokok berat, dan peminum alkohol berlebihan.

Osteoporosis layak untuk menjadi perhatian semua orang, terutama bagi kaum wanita, karena osteoporosis banyak menyerang wanita yang telah memasuki periode menopause. Hal ini disebabkan produksi hormon estrogennya berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar kalsium darah yang pada akhirnya mengakibatkan osteoporosis.


Wanita Lebih Beresiko Alami Keropos Tulang

Kaum wanita beresiko lebih besar mengalami rapuh tulang atau osteoporosis dari pada laki-laki, terutama wanita pasca menopouse. Pada usia 50 tahun, resiko patah tulang pada wanita tiga kali lebih besar dari pada pria. Estrogen berperan dalam proses mineralisasi tulang yang dipicu oleh kalsitriol dan menghambat resorbsi tulang serta pembentukan osteoklas melalui penghambatan produksi sitokin-sitokin dalam proses resorbsi tulang.

Terapi sulih hormon, merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan osteoporosis paska menopause. Kombinasi esterogen dan progesteron digarapkan mempunyai efek terhadap proliverasi endometrium sehingga mencegah hiperplasi dan kanker endometrium. Selain per oral, esterogen dapat pula diberikan dalam bentuk koyok dan susuk. Selama pengobatan osteoporosis, baik hormonal maupun non-hormonal diperlukan pengawasan ketat seperti mamografi, sitologi, dan penilaian densitometri.

Insiden osteoporosis pada laki-laki lebih rendah dari pada wanita, karena laki-laki dapat mencapai massa tulang puncak yang lebih tinggi serta tingkat kehilangan massa tulang kortikol juga lebih rendah. Patogenesis osteopeni pada laki-laki, mungkin disebabkan berkurangnya pembentukan massa tulang dan bukan akibat meningkatnya resorbsi massa tulang. Sampai sekarang, belum ada pengobatan baku osteoporosis pada laki-laki. Testosteron dilaporkan meningkatkan densitas massa tulang vertebra sebesar lima persen, namun kadar estradiol serum ternyata juga meningkat 45 persen dan berkolerasi dengan peningkatan massa tulang vertebra.


Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Osteoporosis

1. Genetis : Diperkirakan hampir sekitar 80 % kepadatan tulang itu diwariskan secara genetik sehingga dengan kata lain osteoporosis itu dapat diturunkan.
2. Wanita diatas 40 tahun lebih banyak terkena osteoporosis dibandingkan dengan pria. Wanita yang memasuki masa menopause mengalami pengurangan hormon esterogen.
3. Kurang olahraga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang. Olahraga atau aktivitas dapat meningkatkan kepadatan tulang.
4. Faktor lain seperti merokok, banyak mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, kafein tinggi seperti teh, kopi serta cola.
5. Kekurangan gizi : Akibat penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid atau penyakit kronis lainnya seperti penyakit hati, gagal ginjal kronis
Usia lanjut


Gejala osteoporosis yang sering terlihat dan mudah untuk dikenali adalah :

1. Terjadinya patah tulang secara tiba-tiba karena trauma yang ringan atau tanpa trauma.
2. Timbulnya rasa nyeri yang hebat sehingga penderita tidak dapat melakukan pergerakan.
3. Berkurangnya tinggi badan dan bongkok


Cara-cara pencegahan osteoporosis :

1. Melakukan aktivitas fisik yang teratur seperti olah raga
2. Diet dengan menambah Calsium dan vitamin D
3. Memperbaiki gaya hidup dan menghilangkan kebiasaan seperti merokok, minum alkohol
4. Penggunaan HRT (Hormon Replacement Therapy) atau terapi esterogen khususnya bagi wanita baru memasuki masa menopause.

Pengobatan osteoporosi bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti : Kalsitonin dan bisphosphonates yang tentu saja harus sesuai dan tergantung dari anjuran dokter.

Kalsitonin : Penemuan hormon yang dapat menurunkan konsentrasi kalsium darah dimulai pada tahun 1960 oleh seorang profesor asal Kanada yang bernama Harold Copp. Ia menyebut zat itu sebagai 'calcitonin' karena dapat mengontrol konsentrasi kalsium (calcium tonus) didalam plasma. Zat ini banyak didapatkan terutama dari ikan salmon. Pada tahun 1969, Dr. Stephan Guttmann seorang peneliti dari Sandoz menyempurnakan penemuan calcitonin dengan keberhasilan memproduksi salmon calcitonin secara sintetis. Zat kalsitonin dapat mengurangi aktivitas dari sel osteoclast (sel yang bertugas menyerap tulang), memperlambat proses resorpsi dan meningkatkan peresapan kalsium oleh tulang. Dengan pemakaian kalsitonin, kepadatan dan kekuatan tulang dapat ditingkatkan sehingga tulang menjadi tidak lagi rapuh dan mengurangi rasa sakit.

Sumber :
Indah
http://www.indosiar.com/ragam/21383/hati-hati-terhadap-osteoporosis

Penyebab Osteoporosis dan Faktor Risiko Osteoporosis

Sebenarnya, apa yang menyebabkan terjadinya osteoporosis? Berikut ini beberapa penyebab osteoporosis:

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.

Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.

Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.

Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.


Faktor Risiko Osteoporosis

Wanita

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.


Usia

Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.


Ras/Suku

Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.


Keturunan Penderita osteoporosis

Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.


Gaya Hidup Kurang Baik

Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.


Minuman berkafein dan beralkohol.

Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang.

Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).


Malas Olahraga

Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.


Merokok

Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.

Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak langsung.

Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.


Kurang Kalsium

Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.


Mengkonsumsi Obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.


Kurus dan Mungil

Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.


Sumber :
http://www.medicastore.com/osteoporosis/penyebab_osteoporosis.html

Mencegah Osteoporosis

Setelah usia 30 tahunan mulai terjadi penurunan kepadatan tulang yang relatif sedikit namun terus berjalan sehingga pada usia sekitar 50 tahunan massa tulang berkurang sekitar 0,5%-1% per tahun.

Seorang penderita osteoporosis kadang-kadang menyadari penyakitnya setelah mengalami patah tulang tiba-tiba karena tekanan yang relatif ringan. Keadaan ini terjadi karena osteoporosis yang "alami" terjadinya perlahan-lahan, lambat namun pasti dan sering di dalam kedokteran disebut sebagai pencuri tulang yang tersembunyi, sedikit demi sedikit massa tulang diserap sehingga mengalami penurunan kepadatan massa tulang, terjadi kekeroposan tulang yang menjadi rapuh dan sangat rentan terhadap kecelakaan ringan ataupun yang tanpa suatu beban mengalami patah tulang spontan.

Kecepatan terjadinya osteoporosis, atau penurunan massa tulang, berbeda pada tiap individu, orang per orang, yang salah satunya bergantung pada kepadatan massa tulang yang bersangkutan. Massa tulang mulai meningkat sejak masa kanak-kanak terus bertambah kepadatannya sampai mencapai puncak kepadatan massa tulang pada usia sekitar 30 tahunan. Kepadatan massa tulang ini sangat berbeda dari tiap orang karena bergantung dari pola makan, khususnya makanan yang mengandung unsur kalsium di samping sinar matahari, melakukan kegiatan yang bersifat menggerakkan badan, di samping adanya faktor keturunan.

Setelah usia 30 tahunan mulai terjadi penurunan kepadatan tulang yang relatif sedikit namun terus berjalan sehingga pada usia sekitar 50 tahunan massa tulang berkurang sekitar 0,5-1% per tahun. Pada wanita yang memasuki masa menopause kecepatan ini bertambah menjadi sekitar 3% pertahun. Pada wanita yang telah mengalami masa menopause 5-10 tahun, penurunan lebih cepat lagi namun kemudian setelah itu penurunan berkurang, penurunan massa tulang sekitar 15-20% pascamenopause atau jumlah penurunan pada sepanjang hayatnya sekitar 40-50%.

Primer dan sekunder

Osteoporosis dibagi atas dua, primer dan sekunder. Golongan primer dibagi atas tiga jenis, yaitu osteoporosis pascamenopause yang lebih banyak ditandai dengan patah tulang belakang dan tulang lengan, osteoporosis yang mengenai daerah tulang rangka seperti pada tulang paha sebagai akibat dari penuaan yang menurunkan massa tulang, serta osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan terjadi pada usia pertengahan atau masa muda usia. Osteoporosis golongan sekunder disebabkan oleh penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan seperti penyakit gondok, diabetes serta penggunaan obat-obatan tertentu. Sedangkan pada wanita menopause, penyebab utama ditudingkan pada kekurangan atau penurunan hormon estrogen.

Faktor risiko terjadinya osteoporosis antara lain faktor genetik, nutirisi (rendahnya asupan kalsium, magnesium, dan fosfor, sering minum alkohol, kopi, mengonsumsi garam berlebih serta protein yang berlebih), gaya hidup (merokok, rendahnya aktivitas fisik), pengaruh pola hormon endokrin tertentu khususnya pada mereka yang memiliki berat badan berlebih, serta penggunaan obat-obatan tertentu(obat-obat antikejang, pengencer darah, kemoterapi, dll).

Gejala osteoporosis

Umumnya gejala atau proses osteoporosis berjalan perlahan-lahan, sama halnya seperti kejadian tekanan darah tinggi yang baru disadari ketika telah terjadi stroke atau kelumpuhan.

Keluhan-keluhan yang dirasakan awalnya nyeri-nyeri otot, gangguan pergerakan yang berjalan menahun dan biasanya dianggap sebagai penyakit rematik.

Bila telah terjadi patah tulang, apa lagi dalam usia lanjut di atas 50 atau 60 tahunan, pengobatannya teramat sedikit kemungkinan fungsi alat gerak dapat kembali seperti semula. Proses patah tulangnya sendiri mungkin dapat diperbaiki, namun fungsinya khususnya rasa nyeri dan gangguan gerak akan selalu mengganggu kehidupan yang bersangkutan.

Upaya pencegahan

Pencegahan yang utama dari tejadinya osteoporosis adalah mengoptimalkan upaya mencapai kepadatan massa tulang yang baik melalui nutrisi, olah raga dan menghilangkan atau menurunkan faktor-faktor risiko yang telah disebutkan di atas. Selain itu, perlu untuk melakukan pemeriksaan berkala mengenai kepadatan massa tulang.

Langkah-langkah untuk mencegahnya adalah: 1. Mengubah gaya hidup santai dengan aktivitas fisik. Olah raga sederhana, jalan kaki dengan sikap tegap, kedua lengan diayun, berkala 4-5 kali seminggu, cukup 30 menit, lebih baik bila membawa beban, agar kekuatan otot lebih cepat bertambah. Olah raga pun ada ketentuannya, jangan yang berlebihan takarannya. Sebab terlalu sering lelah karena olah raga memicu terjadinya osteoporosis, khususnya pada perempuan. Hal ini melalui terjadinya "tidak datang haid" untuk waktu yang lama, yang berdampak pada terjadinya osteoporosis.

2. Suplementasi kalsium. Hal ini perlu karena dalam pola makan biasa sehari-hari sangat sulit mengukur jumlah kalsium yang digunakan. Kalsium memang bisa didapat dari makanan seperti kacang hijau atau ikan, namun jumlah yang kita makan mungkin tidak mencukupi. Dianjurkan konsusmsi kalsium 500g/hari pada masa kanak-kanak, 1.000-1.300g/hari pada saat remaja/dewasa, dan 1.000 g saat usia manula. Pada usia lebih dari 50 tahun sekitar 1.200g/hari. Tentu saja fungsi ginjal harus baik, tidak terdapat batu ginjal misalnya. Penggunaan kalsium dalam tubuh dimetabolisme/diubah dengan melibatkan berbagai enzim dan hormon tertentu, di samping vitamin D3

3. Suplementasi vitamin D dibutuhkan sekitar 600 satuan internasional per hari. Lebih utama kalau vitamin diminum dari komponen susu, meminum susu yang sudah lengkap kandungan vitamin D dan kalsiumnya.

4. Protein. Dibutuhkan untuk mempertahankan dan membuka sel/jaringan tulang dan penunjang tulang.

5. Vitamin dan mineral, vitamin C, vitamin K, fosfor.

6. Sering berjemur di pagi hari.

7. Penggunaan obat-obatan untuk pencegahan baik kimiawi, hormon atau serupa aktivitas hormon yang banyak tersedia.

8. Berkala melakukan pemeriksaan kepadatan massa tulang, terutama sekali mereka yang memiliki faktor risiko seperti tersebut di atas. Pemeriksaan yang ideal melalui densitometer yang dapat menilai penurunan massa tulang di seluruh bagian tubuh, memiliki tingkat akurasi tinggi. Namun bila tidak memungkinkan dapat menggunakan densitometer khusus tulang tumit atau pemeriksaan ronsen atau pemeriksaan darah di laboratorium untuk menilai komponen kadar zat-zat pembentuk tulang dan kadar zat-zat yang menyerap tulang.

Sumber:
Prof. Dr. dr. Achmad Biben, Sp.O.G.,.K-FER/Guru Besar Tetap Fak. Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=82214
17 Januari 2010

Pil KB Stop Osteoporosis?

WHO telah menghubungkan kejadian osteoporosis dengan tingkat kepadatan tulang (Bone Mineral Density/BMD). Sebagai standarnya, dilakukan pengukuran pada tulang pinggul dengan alat Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Nilai normalnya yaitu > 833 mg/cm2. Tulang dikatakan osteopenia bila tingkat kepadatannya antara 648 - 833 mg/cm2, dan dikatakan osteoporosis bila nilai kepadatan tulangnya kurang dari 648 mg/cm2. Kondisi osteoporosis yang parah akan menuju pada kerapuhan dan fraktur tulang (patah tulang).

Data yang dijabarkan oleh Perosi (2006), bahwa di Indonesia jumlah wanita yang mengalami menopause pada tahun 2000 mencapai 15,5 juta orang. Kondisi ini diperkirakan akan naik hingga 24 juta orang pada tahun 2015. Ingat bahwa pada masa menopause, sangat rawan untuk terjadi osteoporosis akibat penurunan estradiol (suatu estrogen) yang sangat tajam. Tentu saja hal ini perlu mendapat perhatian bagi para wanita. Pertanyaannya adalah, kenapa kejadian otseoporosis di Indonesia cenderung tinggi bahkan akan bertambah jumlahnya?. Kita akan melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya asupan kalsiumnya sangat rendah, hanya berkisar 254-300 mg/hari. Padahal per hari konsumsi kalsium seharusnya sebanyak 1000 mg. Sungguh menyedihkan bukan?

Nasib tidak bisa ditolak, takdirpun tak bisa dielak, bahwa kodrat seorang wanita akan mengalami menopouse di masa tuanya (sekitar usia 50 tahun). Hal ini terjadi seiring dengan penurunan hormon estrogen (khususnya estradiol) yang sangat signifikan pada masa tersebut, gejala ini akan dirasakan mulai usia 45 tahun (masa perimenopause). Pada waktu itilah saat-saat yang rentan terhadap kejadian osteoporosis. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan penggunaan pil KB kombinasi ethynil estradiol dengan progestogen (Microgynon®, Diane 35®, Yasmin®) selain sebagai kontrasepsi, ternyata memiliki manfaat lain, yaitu dapat meminimalisir osteoporosis di masa menopause. Tentu anda akan bertanya, bagaimana penjelasan ilmiahnya ?

Hal ini dikarenakan piil KB kombinasi bisa merangsang sel osteoblast, yaitu suatu sel yang berfungsi sebagai pembentuk kepadatan tulang. Sehingga pada wanita yang rutin mengkonsumsi pil KB, selain akan memperoleh manfaat sebagai kontrasepsi, ia juga akan memproleh manfaat lain berupa tulang sehat dan kuat. Bagaimana dengan metode KB yang lain, misalnya KB suntik 3 bulan ?

Penggunaan jangka panjang KB suntik 3 bulan memiliki konsekwensi terhadap kejadian osteoporosis, karena akan menurunkan fungsi sel osteoblast sebagai sel yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang. Hal ini terjadi akibat penekanan produksi estrogen endogen oleh suntik KB 3 bulan yang terlampau lama secara terus menerus. Akhirnya, dapatkan manfaat ganda dari pil KB kombinasi, yaitu selain sebagai kontrasepsi, dapatkan juga manfaat lainnya berupa tulang sehat dan kuat. (RoviQ)

Sumber :
http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/01/pil-kb-stop-osteoporosis/
25 Januari 2009

Apakah Anda Berisiko Osteoporosis?

Penyakit osteoporosis atau rapuh tulang semakin banyak dialami oleh pria dan wanita seiring bertambahnya usia. Akibatnya, kepadatan tulang semakin berkurang sekaligus meningkatkan risiko patah tulang.

Umumnya penderita osteoporosis sering terjadi di pergelangan, tulang belakang dan sendi pinggul, biasanya terjadi pada usia 60 tahun ke atas. Ditandai dengan gejala nyeri mulai dari ringan, sedang dan berat bahkan sampai tidak bisa jalan
Biasanya disebabkan kekurangan zat kalsium, proses penuaan, wanita yang menopause, faktor keturunan dan kekurangan gizi. Selain mencoba menghindari faktor penyebab, ada baiknya Anda mengetahui siapa saja yang berisiko terkena penyakit osteoporosis.
The National Osteoporosis Foundation memberikan beberapa daftar dari orang-orang yang berisiko terkena osteoporosis, antara lain :

1. Wanita dan lanjut usia (lansia) memiliki risiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis.
2. Memiliki sejarah terjadinya osteoporosis dalam keluarga.
3. Memiliki bentuk tulang yang kecil dan tinggi atau bentuk tubuh yang kurus.
4. Kulit putih, Asia dan Amerika Latin memiliki risiko yang lebih besar.
5. Pernah mengalami retak atau patah tulang.
6. Memiliki hormon reproduksi yang rendah.
7. Jarang berolahraga.
8. Kurang mengonsumsi makanan mengandung kalsium dan vitamin D.
9. Mengonsumsi kafein, sodium dan protein dalam kadar yang tinggi.
10.Merokok atau sering mengonsumsi alkohol.
11.Mengalami kelainan pola makan atau memiliki penyakit rheumatoid arthritis.
12.Menggunakan beberapa obat tertentu seperti steroid. (healthday/rin)

Sumber :
http://new.republika.co.id/node/62175
14 Juli 2009

Suplemen Kalsium Cegah Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu penyakit dimana tulang-tulang menjadi rapuh dan mudah patah akibat hilangnya sebagian kalsium dalam tulang. Osteoporosis sering disebut silent disease, karena proses hilangnya kalsium dari tulang terjadi tanpa tanda-tanda atau gejala. Biasanya pasien baru mengetahui dirinya menderita osteoporosis jika sudah menderita patah tulang. Biasanya patah tulang pada osteoporosis terjadi di paha, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Sebetulnya bagian tulang manapun bisa terpengaruh, namun yang paling membutuhkan perhatian adalah jika kerapuhan terjadi pada tulang paha dan tulang belakang. Patah tulang paha hampir selalu membutuhkan tindakan operasi, dan dapat mengganggu kemampuan berjalan dan bahkan bisa menyebabkan cacat permanen sampai kematian. Sedangkan patah
tulang belakang juga memiliki konsekuensi serius, seperti tubuh memendek, nyeri punggung, dan perubahan bentuk punggung.


Anda Termasuk Yang Mana?

Ada beberapa faktor yang menentukan apakah seseorang beresiko menderita osteoporosis, antara lain :

Usia. Semakin tua, semakin besar resiko seseorang terkena osteoporosis, karena tulang-tulang menjadi lebih lemah dan kepadatannya berkurang sejalan dengan usia.

Jenis Kelamin. Wanita memiliki resiko empat kali lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding pria, walau bukan berarti pria terbebas dari resiko penyakit ini. Resiko wanita lebih besar karena wanita memiliki jaringan tulang yang lebih sedikit dan lebih cepat kehilangan kalsium dalam siklus hidupnya, antara lain karena menopause.

Riwayat Keluarga dan Riwayat Diri Sendiri. Kecenderungan seseorang memiliki tulang yang rapuh bisa didapatkan secara keturunan, yang tentunya meningkatkan resiko osteoporosis. Dan seseorang dengan riwayat patah tulang saat dewasa juga meningkatkan resiko patah tulang saat tua.

Ras. Wanita ras Kaukasia dan Asia ternyata memiliki resiko besar mengalami osteoporosis. Namun wanita ras Afrika-Amerika dan Hispanik juga memiliki resiko yang signifikan.

Struktur Tulang dan Bobot Badan. Wanita dengan tulang kecil dan bertubuh kurus memiliki resiko lebih besar.

Riwayat Menopause/Menstruasi. Menopause yang normal atau lebih awal (baik secara alamiah atau karena tindakan medis) meningkatkan resiko terkena osteoporosis. Juga, wanita yang berhenti menstruasi sebelum menopause, misalnya karena kondisi-kondisi seperti anoreksia atau bulimia, atau karena olah fisik yang berlebihan, juga bisa kehilangan jaringan tulang dan beresiko menderita osteoporosis.

Gaya Hidup. Merokok, terlalu banyak minum alkohol, kurang mengkonsumsi kalsium, dan kurang berolahraga juga meningkatkan resiko terkena osteoporosis.


Obat Juga Menambah Resiko

Resiko yang paling signifikan pada penderita osteoporosis ternyata justru akibat pengobatan jangka panjang dari penyakit-penyakit kronis seperti arthritis rheumatoid, gangguan endokrin (seperti hipotiroid), gangguan seizure dan penyakit saluran pencernaan. Salah satu golongan obat yang jelas-jelas memiliki efek pada tulang adalah glukokortikoid. Obat-obatan lain yang juga bisa menyebabkan kerapuhan tulang antara lain : hormon tiroid yang berlebihan, antikonvulsan, antacid yang mengandung aluminium, hormon pelepas gonadotropin (Gonadotropin releasing hormones, GnRH) yang digunakan pada pengobatan endometriosis, methotrexate untuk pengobatan kanker, siklosporin A, heparin, dan cholestyramine, yang digunakan untuk mengatur kadar kolesterol dalam darah.

Namun untuk kebanyakan orang, obat-obatan tersebut bersifat life-saving (menyelamatkan hidup) atau life-enhancing (meningkatkan kualitas hidup) yang mungkin penggunaannya memang diwajibkan. Oleh karena itu jika Anda memiliki resiko osteoporosis dan memerlukan obat-obatan di atas, Anda harus mendiskusikannya dengan dokter dan Anda tidak boleh menghentikan pengobatan atau mengubah dosisnya tanpa sepengetahuan dokter. Biasanya dengan atau tanpa gejala osteoporosis, dokter akan menambahkan suplemen kalsium saat meresepkan obat-obatan di atas.


Yuk Cegah Sedari Dini!

Untuk pertumbuhan dan aktivitas tubuh, kita membutuhkan kalsium. Kalsium adalah mineral yang penting bagi banyak fungsi tubuh, termasuk dalam pengaturan denyut jantung, impuls syaraf, menstimulasi sekresi hormon dan pembekuan darah, juga dibutuhkan untuk membentuk dan menjaga kesehatan tulang.

Kalsium bisa ditemukan di banyak makanan, dan karena tubuh kita tidak bisa memproduksi kalsium sendiri, maka asupan kalsium dari makanan dan sumber lainnya sangat penting. Bahkan setelah pertumbuhan tulang kita terhenti, kita pun tetap butuh asupan kalsium dalam jumlah cukup karena tubuh selalu kehilangan kalsium tiap hari lewat kulit-kulit yang mati, pertumbuhan kuku, rambut yang rontok dan juga keringat. Selain itu kalsium juga terbuang lewat urin dan feses. Kalsium yang hilang tersebut harus diganti setiap hari melalui makanan. Kalau makanan kita tidak mengandung cukup kalsium, maka tubuh akan mengambilnya dari 'cadangan' kalsium, yaitu tulang dan gigi. Dan jika hal ini terjadi dalam jangka panjang, maka Anda akan mengalami kekeroposan tulang dan gigi.

The National Academy of Sciences dan National Osteoporosis Foundation di Amerika Serikat merekomendasikan baik pria maupun wanita dewasa mengkonsumsi suplemen kalsium setidaknya 1000-1200 mg/hari. Wanita hamil dan menyusui malah membutuhkan lebih banyak kalsium, yaitu setidaknya 1500 mg/hari. Sebetulnya makanan adalah sumber kalsium terbaik, misalnya susu dan produk olahannya, sayur-sayuran berwarna hijau tua (terutama brokoli), ikan sardine, ikan teri, dan kacang-kacangan, namun kebanyakan dari kita tidak menganut pola makan yang benar, sehingga kita membutuhkan tambahan asupan kalsium dari suplemen.
Di alam, kalsium berada dalam bentuk senyawa. Ada beberapa senyawa kalsium yang digunakan dalam suplemen, antara lain kalsium karbonat, kalsium fosfat dan kalsium sitrat. Senyawa-senyawa ini mengandung jumlah ion kalsium yang berbeda, yang merupakan jumlah kalsium yang sebenarnya. Oleh karena itu penting untuk membaca label dan menentukan seberapa besar ion kalsium yang ada di tiap butirnya dan berapa banyak butir yang harus diminum.

Suplemen kalsium dapat dibeli tanpa resep dokter, dan tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan juga tingkat kekuatan. Kadang kala hal ini bisa membingungkan konsumen. Banyak orang yang bertanya, suplemen kalsium apa yang musti dikonsumsi. Suplemen 'terbaik' adalah yang paling cocok dengan kebutuhan penggunanya, baik itu berdasarkan tingkat toleransi, kemudahan dan kenyamanan cara mengkonsumsi, harga dan juga ketersediaan di pasaran.

Kalsium tidak dapat diserap oleh tubuh tanpa bantuan vitamin D. Itulah mengapa kebanyakan suplemen kalsium dikombinasikan dengan vitamin D. Namun apabila suplemen kalsium yang Anda miliki tidak mengandung vitamin D, maka Anda membutuhkan suplemen vitamin D tambahan. Selain itu, tulang juga membutuhkan bantuan vitamin A, C, magnesium, seng serta protein dalam jumlah yang cukup sebagai perekat tulang.


Rekomendasi Asupan Kalsium

Ini adalah data asupan kalsium yang direkomendasikan oleh The National Academy of Sciences untuk segala usia :

Usia/Jumlah (mg/hari)

Lahir – usia 6 bulan/210
6 bulan – 1 tahun/270
1 – 3 tahun/500
4 – 8 tahun/800
9 – 13 tahun/1300
14 – 18 tahun/1300
19 – 50 tahun/1000
51 tahun ke atas/1200

Disarikan dari : http://www.NOF.org

Sumber :
http://mediasehat.com/konten2no57
19 Oktober 2006

Pil KB Tingkatkan Risiko Osteoporosis

PIL kontrasepsi oral atau yang umum dikenal dengan pil KB terbukti efektif mencegah kehamilan. Akan tetapi, ada baiknya memperhatikan durasi penggunaan. Pasalnya, sebuah studi menemukan bahwa kontrasepsi oral bisa menurunkan kepadatan tulang pada perempuan muda.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Contraception ini mengungkap, mereka yang menggunakan pil KB selama lebih dari dua tahun dan mereka yang menggunakan pil dengan kandungan estrogen rendah berisiko paling besar mengalami penurunan kepadatan tulang belakang dan tulang di seluruh tubuh.

"Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dosis rendah dalam jangka panjang mempengaruhi kepadatan tulang," tutur peneliti Delia Scholes dari Group Health Research Institute of Group Health Cooperative di Seattle, seperti dikutip situs healthday.

Peneliti belum bisa menentukan apakah penurunan kepadatan tulang ini bisa diperbaiki hanya dengan menghentikan penggunaan kontrasepsi oral. Mereka juga tidak bisa mempelajari apakah penurunan kepadatan tulang pada perempuan muda ini akan meningkatkan risiko patah tulang pada kehidupan selanjutnya.

Akan tetapi, terang peneliti, jika penggunaan pil mengurangi kepadatan tulang belakang hingga 5 persen (seperti ditemukan dalam studi) dan jika dampak ini tidak bisa diperbaiki dengan penghentian penggunaan, maka akan sangat merugikan perempuan setelah menopause. "Penuruan kepadatan tulang sebesar 5 persen setelah menopause berkaitan dengan peningkatan risiko osteoporosis hingga 50 persen," terang Scholes.

Kadar mineral

Dalam studi ini, peneliti mempelajari 606 perempuan berusia antara 14 dan 30. Peneliti mereview penggunaan kontrasepsi oral, durasi serta dosis estrogen di dalam kontrasepsi. Hasil review ini kemudian dibandingkan dengan hasil tes kepadatan mineral tulang. Tes kepadatan tulang mengukur kepadatan tulang di pinggang, tulang belakang dan seluruh tubuh.

Peneliti menemukan, perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral rata-rata memiliki kadar mineral tulang 5,9 persen lebih rendah untuk tulang belakang dan 2,3 persen lebih rendah untuk seluruh tubuh. Selain itu, peneliti juga menemukan tren penurunan kepadatan tulang di area pinggang.

Di samping itu, peneliti juga menemukan tren penurunan kepadatan tulang pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi dengan kandungan estrogen yang lebih rendah. Kadar kepadatan tulang terendah ditemukan pada perempuan yang menggunakan formula dengan kandungan estrogen kurang dari 30 microgram.

Menurut peneliti, hormon-hormon dalam pil KB cenderung mempengaruhi kadar hormon normal, kemungkinan menurunkan sirkulasi estrogen normal, sehingga mempengaruhi produksi tulang. (IK/OL-08)

Sumber :
Ikarowina Tarigan
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/01/17/2064/9/Pil-KB-Tingkatkan-Risiko-Osteoporosis
17 Januari 2010

Seberapa Besar Risiko Osteoporosis pada Kita?

Osteoporosis, atau sering dikenal sengan penyakit keropos tulang, adalah kondisi terjadinya pelemahan dan perapuhan tulang akibat berkurangnya kalsium dan mineral lainnya dari tulang. Tulang menjadi mudah patah pada penggunaan normal atau bila jatuh terpeleset, misalnya. Osteoporosis terjadi perlahan-lahan dan tanpa gejala awal, sehingga tidak disadari akhirnya terjadi patah tulang. Patah tulang sering terjadi pada tulang belakang, tulang panggul, dan pergelangan tangan.

Menurut penelitian, sekitar 40 persen penderita osteoporosis mungkin mengalami fraktur (patah tulang) karena kerapuhan tulangnya. Setengah dari penderita fraktur ini mengalami cacat jangka panjang dan sekitar 20 persennya akan meninggal dalam waktu satu tahun sejak patah tulang. Angka-angka statistik tersebut menunjukkan betapa osteoporosis ini harus dicegah dan ditangani dengan baik.


Seberapa besar risiko kita?

Wanita: Empat kali lebih rentan osteoporosis karena beberapa faktor, seperti massa tulang lebih kecil atau asupan kalsium sejak usia remaja yang lebih sedikit. Turunnya estrogen saat menopause juga mengakibatkan proses deposisi kalsium di tulang menurun.

Usia: Mulai 30 tahun ke atas, proses perapuhan tulang dimulai, sehingga kita berisiko kehilangan tulang hampir 1 persen setiap tahunnya.

Bentuk tubuh: Orang yang kurus sekali tentu massa tulangnya lebih kecil daripada yang normal berat badannya. Begitu juga degnan orang yang memiliki rangka tubuh kecil.

Ras: Orang Asia dan Kaukasia lebih rentan terkena osteoporosis daripada orang Amerika Latin dan Afrika.

Riwayat keluarga: Selain faktor genetik atau keturunan, kebiasaan makan juga umumnya mengikuti pola makan orangtua.

Aktivitas fisik: Jarang olahraga dan bekerja tanpa tenaga fisik, bisa memperlemah tulang. Olahraga yang menumpu berat badan, seperti berjalan, angkat beban, senam, bahkan berdansa, bisa memperkuat tulang.

Asupan kalsium: Kurang asupan kalsium sebelum usia 30-35 tahun menyebabkan tulang kurang rapat densitasnya. Setelah usia itu, asupan kalsium yang kurang dapat mempercepat proses osteoporosis.

Konsumsi obat-obatan tertentu: Obat seperti hormon steroid dan tiroid dapat mempercepat kerapuhan tulang.

Kebiasaan merokok: Bisa mempercepat osteoporosis pada pria dan wanita. Selain itu, merokok menurunkan kadar estrogen pada wanita, sehingga risiko osteoporosis juga meningkat.

Pecandu alkohol: Golongan ini umumnya mengalami gangguan gizi, sehingga mudah terkena osteoporosis.

Sumber :
http://female.kompas.com/read/xml/2010/01/10/12320025/seberapa.besar.risiko.osteoporosis.pada.kita
10 Januari 2010

Apa itu Osteoporosis ?

Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan kerusakan pada jaringan di dalam tulang. Pada Osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang


Osteoporosis Primer

Osteoporosis berdasarkan etiologis dapat disegmentasikan menjadi osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer merupakan sindrom osteoporosis yang terjadi pada wanita paska menopause


Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder merupakan sindrom pengeroposan tulang yang terjadi akibat kondisi medis dan penggunaan obat-obatan. Kondisi medis yang ada banyak dipicu oleh kondisi kelainan endokrin, gangguan fungsi hati


Patogenesis Osteoporosis

Terjadi Patogenesis Osteoporosis disebabkan karena kekurangan hormon estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.

Sumber :
http://osteoporosis.klikdokter.com/article.php?id=1

Osteoporosis Cegah dengan Olahraga

OSTEOPOROSIS selama ini diidentikkan dengan penyakit orangtua, padahal tanpa olahraga teratur, osteoporosis juga bisa menyerang usia muda.

Kesibukan dari rutinitas sehari-hari terkadang membuat banyak orang berpikir dua kali untuk berolahraga. Selain waktu yang semakin sempit, berolahraga dianggap sebagai kegiatan yang melelahkan. Padahal, dengan olahraga teratur, banyak penyakit bisa dicegah.

Mulai jantung koroner hingga osteoporosis yang selama ini diidentikkan dengan penyakit orangtua. Ternyata, saat ini osteoporosis bisa pula menyerang anak muda karena gaya hidup yang salah, termasuk jarang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik.

Gerak tubuh penderita osteoporosis atau keropos tulang sangat berbeda. Hal itu karena pengidap osteoporosis rawan sekali terhadap patah tulang. Olahraga untuk penderita osteoporosis harus dimulai dari gerakan paling ringan dan kemudian secara bertahap ditingkatkan untuk menghindari terjadinya cedera dan memungkinkan tubuh membentuk daya tahan.

Peningkatan olahraga bagi penderita osteoporosis juga dilakukan lebih perlahan dibandingkan dengan orang yang memiliki tulang sehat. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah gerakan pemanasan dan pendinginan dengan gerakan peregangan lebih lama dibandingkan mereka yang memiliki tulang sehat. Selisih waktu itu bisa mencapai 10 menit.

Osteoporosis merupakan suatu penyakit saat tulangtulang menjadi rapuh dan mudah patah akibat hilangnya sebagian kalsium dalam tulang. Osteoporosis sering juga disebut silent disease karena proses hilangnya kalsium dari tulang terjadi tanpa tanda-tanda atau gejala. Biasanya, penderita menyadari terserang osteoporosis setelah mengalami patah tulang. Biasanya, terjadi di paha, tulang belakang, dan pergelangan tangan.

Sebetulnya, bagian tulang mana pun bisa terpengaruh, tapi yang paling membutuhkan perhatian jika kerapuhan terjadi pada tulang paha dan belakang.

Patah tulang paha hampir selalu membutuhkan tindakan operasi, dan dapat mengganggu kemampuan berjalan dan bahkan bisa menyebabkan cacat permanen sampai kematian. Sementara patah tulang belakang juga memiliki konsekuensi serius, seperti tubuh memendek, nyeri punggung, dan perubahan bentuk punggung.

"Olahraga memberikan keuntungan dalam meningkatkan kebugaran tubuh dan tulang. Olahraga juga mampu menjadi pengobat berbagai penyakit, termasuk osteoporosis," kata Dosen Ilmu Kedokteran dan Olahraga Universitas Indonesia dr Subiakto SpKO, beberapa waktu lalu.

Gerak tubuh pada penderita osteoporosis, menurut Subiakto, tidak bisa disamakan antarsetiap penderita. Karena tidak semua penderita osteoporosis mengalami kerusakan tulang yang sama. Itu menyebabkan setiap penderita memiliki tahap berbeda dalam berolahraga. "Penting mengetahui kerusakan tulang penderita. Dengan mengetahui bagian dan tingkat keparahan osteoporosis, tahapan dalam olahraga setiap pasien baru bisa ditentukan," sebutnya.

Lebih lanjut diterangkan Subiakto bahwa selama ini para dokter mengira untuk mencapai puncak massa tulang hanya tergantung pada diet, termasuk kalsium dan paparan sinar matahari.

Namun, untuk mendapatkan tulang yang kuat seumur hidup, ternyata sangat ditunjang oleh olahraga teratur yang sama pentingnya seperti diet.

"Olahraga dan latihan secara teratur mempunyai efek positif terhadap kepadatan massa tulang dan kekuatan tulang. Olahraga teratur sejak dini sangat dianjurkan. Karena itu bisa menjaga kekuatan tulang hingga usia lanjut," katanya.

Olahraga yang tepat untuk mendapatkan kepadatan massa tulang menurut dokter berkulit sawo matang ini adalah mengayuh sepeda statis, dengan beban yang disesuaikan dengan kondisi tulang. Olahraga lainnya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kepadatan massa tulang adalah berjalan kaki

Pentingnya berolahraga ternyata juga dibuktikan dengan penelitian terhadap anak-anak yang aktif selama 40 menit dalam berbagai permainan gerak tubuh, ternyata mempunyai tulang yang lebih kuat dari anak yang pendiam (duduk saja).

Anak laki-laki yang sangat aktif (lari, lompat,) mempunyai area tulang yang lebih kuat 12 persen dari anak tidak aktif. Demikian pula anak perempuan yang aktif mempunyai tulang lebih kuat 9 persen dari teman perempuannya yang kurang aktif.

"Dulu saya berpikir osteoporosis hanya diidap oleh usia lanjut saja. Ternyata saya keliru. Karena baru memasuki usia 49 tahun, saya sudah memiliki gejala osteoporosis pada kaki," kata salah seorang ibu rumah tangga, Wulan Kreshna, yang tinggal di Jakarta.

Setelah mengetahui dirinya memiliki gejala osteoporosis, Wulan mengaku semakin sering berkonsultasi dengan dokter tulang dan melakukan olahraga yang dianjurkan. "Awalnya saya diperiksa intensif, setelah itu baru dianjurkan untuk melakukan tahapan-tahapan olahraga," sebutnya lagi.
(sindo//tty)

Sumber:
http://lifestyle.okezone.com, dalam :
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1225355979,45182,
31 Oktober 2008

Jalan 10.000 Langkah Mencegah Osteoporosis

Sejalan dengan visi Departemen Kesehatan "Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat", mari bersama-sama cegah osteoporosis dengan aktifitas fisik yang mudah, murah, dapat dilakukan siapa saja, kapan saja, dimana saja dengan berjalan kaki terutama pagi dan sore hari.

Osteoporosis atau keropos tulang dapat dicegah dengan mengkonsumsi nutrisi berkalsium tinggi dan aktivitas fisik dengan beban. Ketika berjalan, tulang menopang berat tubuh kita sendiri sehingga melatih tulang tetap kuat dan padat. Selain itu, berjalan kaki minimal 10.000 langkah sehari juga dapat menjaga keseimbangan dan mengurangi risiko terjatuh, membantu mencegah risiko patah tulang dan osteoporosis.

Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada acara puncak peringatan Hari Osteoporosis Nasional tanggal 2 November 2008 di Monas Jakarta. Dalam acara yang direncanakan dihadiri Presiden dan Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono, Ny. Mufidah Jusuf Kalla itu akan diisi kegiatan jalan kaki 10.000 langkah dengan rute Monas, bunderan HI dan kembali ke Monas. Diikuti 10.000 peserta dari berbagai organisasi, pelajar/mahasiswa, karyawan dari berbagai instansi dll.

Kegiatan berjalan kaki 10.000 langkah ini akan dilakukan juga oleh masyarakat di Banjarmasin, Tasikmalaya, Cirebon, Sukabumi, Denpasar, Lombok dan kota-kota lainnya.

Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang, khususnya kalsium. Osteoporosis biasanya didahului dengan osteopenia yaitu kondisi dimana massa tulang mulai menurun. Kekurangan kalsium merupakan penyebab utama osteoporosis. Berbagai studi menyimpulkan bahwa asupan kalsium orang Indonesia dewasa sangat kurang dari kebutuhan tubuh, yaitu berkisar antara 270-300mg/hari, sementara jumlah yang dianjurkan adalah 1000-1200 mg/hari.

Menurut Menkes, osteoporosis adalah penyakit yang dijuluki sebagai silent epidemic diseases, karena menyerang secara diam-diam tanpa adanya tanda-tanda khusus sampai penderita patah tulang. Meningkatnya kejadian osteoporosis disebabkan meningkatnya usia harapan hidup dan tingginya pajanan faktor risiko seperti rendahnya konsumsi kalsium rata-rata masyarakat Indonesia sebesar 254 mg/hari hanya seperempat standar internasional yaitu 1000-1200 mg/hari untuk orang dewasa. Selain itu juga dikarenakan kurang aktivitas fisik, kurangnya paparan sinar matahari pagi dan sore, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.

Berdasarkan hasil Analisis Data Risiko Osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Depkes bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia yang dipublikasikan tahun 2006 menyatakan, 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi dunia, dimana 1 dari 3 orang berisiko osteoporosis, ujar dr. Siti Fadilah.

Hal ini juga didukung oleh Indonesian White Paper yang dikeluarkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun 2007, osteoporosis pada wanita di atas 50 tahun mencapai 32,3% sementara pada pria di atas 50 tahun mencapai 28,8%. Selain itu terdapat data yang dikeluarkan International Osteoporosis Foundation (IOF) bahwa diprediksikan pada tahun 2050 sebanyak 50% kasus patah tulang panggul akan terjadi di Asia.

Hari Osteoporosis Nasional tahun 2008 diperingati dengan tema ”Berdiri Tegak, Bicara Lantang”, dilakukan Depkes bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti organisasi profesi (Perosi, organisasi profesi dokter yang seminat dalam osteoporosis, Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia /Perwatusi) organisasi masyarakat (non profit) yang melakukan sosialisasi osteoporosis ke berbagai lapisan masyarakat dan swasta (Fonterra Brands Indonesia).

Hari Osteoporosis Nasional (HON) diperingati setiap tanggal 20 Oktober, namun program kampanye diperluas menjadi satu bulan penuh, untuk meningkatkan jangkauan kampanye supaya lebih intensif dan luas. Sementara kampanye HON telah dilakukan sejak tahun 2002 dimana saat itu merupakan pencanangan pertama kampanye tentang osteoporosis oleh Menteri Kesehatan. Program HON dari tahun ke tahun merupakan kerjasama dari Depkes, Perosi, Perwatusi, dan Fonterra Brands Indonesia.


Sumber:
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3219
17 Januari 2010